Sedikit berbagi kenangan semasa masih duduk di sekolah menengah pertama. SMP N 2 Kuaro, adalah sekolah menegah pertama yang berada di Jl. Negara desa Sandeley Kecamatan Kuaro Kabupaten Paser. Kebetulan Aku sendiri adalah alumni sekolah tersebut lulusan tahun 2004/2005 *(Kalo ngak salah sih) hehehehe....
Pada zaman awal tahun 2000'an hingga 2003'an, keberadaan kamera pada perangkat telepon seluler memang belum ada. hal tersebut menyebabkan minimnya dokumentasi photo-photo pada zaman itu. ditahun 2003-2004'an pun handphone yang dilengkapi kamera adalah barang yang mewah untuk sekelas anak SMP. Beruntungnya pada saat itu sudah ada kamera film yang lazim disebut dengan "Tustel". namun tak dipungkiri juga disaat itu membeli roll film sangat memberatkan uang saku para pelajar SMP seperti kami.
( Tustel Canon Mate dan FujiFilm milik Bokap )
Bisa memegang tustel pun sebenarnya karena milik orang tua. Namun suatu ketika ada seseorang yang diam-diam membawa tustel kesekolah. Dan sedang terjadi sesi pemotretan dibelakang sekolah. Mereka adalah wanita-wanita yang sangat berpengaruh disaat itu, Hahhaaha....... alias paling tersohor.
Keren neh, jarang-jarang sekelas anak SMP bisa dan mau beli rol film. Siapakah mereka...?? Tak perlu saya sebutkan nama mereka satu persatu. Hehehe.. karena kemungkinan saat ini mereka sudah bersuami dan sedang sibuk mengurusi anak-anak mereka, biarlah photo yang mengatakan siapa mereka.
"Byaaaarrrrr....... Byaaarrrr....." kilat flash membahana tepat di belakang gedung kelas 7 saat itu. He.... mungkin ada yang rada aneh dengan penampilan mereka yang berjilbab namun dengan lengan baju dan rok yang pendek. Weeeiiiiitsss,,, tunggu gan jangan diprotes dulu, apalagi sampe nyebutin plecehan segala. Pada masa ini adalah masa transisi mewajibkan penggunaan jilbab bagi siswi yang muslim dari yang sebelumnya yang tak mewajibkan penggunaan jilbab.
Pada saat mereka masih kelas 7 atau bisa dikatakan murid barulah, sama dengan kami, karena kami memang seangkatan... hehe. namun pada angkatan kami muncul kebijakan mewajibkan penggunaan jilbab bagi siswa putri. Dan sialnya kebijakan itu dicetuskan ketika sudah aktif masuk sekolah bukan pada awal mulai penerimaan siswa. Efeknya jelas pada seragam siswa putri yang tadinya sudah dibuat sudah di set seperti segaram SMP pada umumnya saat itu, tiba-tiba beberapa bulan kemudian muncul kebijakan tersebut. Alhasil banyak yang berat hati untuk membuat seragam baru lagi, walaupun ada juga sebagian yang akhirnya rela membuat seragam baru lagi.
"Boros banget, sudah seragam baru malah bikin seragam lagi, harusnya diawal pendaftaran kali kebijakan seperti itu diumuman"...Begitu kira-kira pikir orang tua mereka.
"Waahhhh,, ini nanti kalo rok panjang jadi kaya anak MTs donk.. hehe" Sebagian siswi mungkin berkata demikian.
Pada saat itu perbedaan anak SMP dengan MTs memang sangat berbeda pamornya, ya... mungkin karena MTs didaerah kami saat itu masih swasta dan sangat minim peminat. sehingga ada nilai tersendiri yang bisa masuk SMP Negeri dengan standarisasi NEM. Apalagi di SMP-SMP lain saat itu tidak ada kebijakan seperti itu, jadi bisa dikatan saat itu angkatan kami adalah pelopor menlakukan kebijakan tersebut dengan sekolah yang lingkungan luarnya adalah mayoritas nonmuslim.
Setelah mereka puas berphoto ria yang hasilnya tak dapat langsung dilihat disaat itu, kini tustel itu dipaksa mengambil gambar kami para lelaki yang tak tau diri... wkakakkkkakk.....
Hahaha... yang jembol atau gaya rambut belah tengah itu adalah korban yang gagal move on dari zaman 90'an. Lokasi pemotretan saat itu adalah di gunung paling belakang bangunan kelas 7. atau berada di samping lab IPA, tepatnya lapangan bola volly.
Waktu itu kalau tidak salah adalah saat sekolah melaksanakan ulangan. karena saat ulangan bisanya pasti pulang lebih cepat, kami biasanya bermain-main ke kelas belakang.
Tiba-tiba Kepala sekolah muncul dipintu utama dengan kedua tangan berada di pingganya, istilahnya gajak pinggang lah.. hehe.Mata beliau yang besar bulat menatap tajam kearah kami. sangat tajam hingga membuat kecemasanku semakin meningkat dan meluap serta tercecer dimana-mana. Beliau terus saja mentap kami dengan wajah yang siap menyemburkan amarah sangat besar sekali tanpa peduli kecemasanku yang membuat sebagian jiwaku lari terbirit-birit keluar dari ruang itu sejak tadi. Namun setelah beberapa saat menatap kami, aku mulai heran. Kapan eksekusinya ini, dari tadi cuma menatap tanpa kata-kata. Setelah itu ternyata beliau memerintahkan siswa putriya untuk kembali kekelasnya dan kami para siswa putra untuk tetap di ruang perpustakaan itu.
Nah yang ini saat sedang mengikuti tour wisata pendidikan atau acara pameran yang diselenggarakan oleh sekolah kejuruan di Long Pinang. Gaya rambut dua orang sudah move on dan mulai mengikuti tren gaya rambut saat itu. Sementara yang Aku, Hahaha...... masih saja konsisten dengan jembol tahun 90an itu.
Saat dilokasi pameran itu sebenarnya kami dipandu bersama-sama di setiap stand tanaman yang ditanam diarea yang sangat luas. namun beberapa dari kami terpisah dari rombongan karena bertahan di kebun melon itu untuk berphoto.
Banyak sekali pengalaman yang menyenangkan yang pernah terjadi disekolah ini. Jika seandainya ada waktu yang bisa menyatukan kembali kawan-kawan seangkatan, maka sudah dipastikan terjadi suatu obrolan yang masing-masing tak mau kalah dengan pengalamannya masing-masing. Akan ada kisah di puncak seberang sekolah, didanau jalan masuk kearah mayang, dikantin tentang kejahilan suka menambahkan garam ke mangkuk mie kawan yang lain, tentang memanggang burung punai dibelakang sekolah, perkelahian antar siswa, sampai beberapa kecelakaan disaat berangkat maupun pulang sekolah hingga kisah perang saraf masalah wanita*(Hahaha....) dan lain sebagainya.
Waktu itu kalau tidak salah adalah saat sekolah melaksanakan ulangan. karena saat ulangan bisanya pasti pulang lebih cepat, kami biasanya bermain-main ke kelas belakang.
Sebenarnya
sangat banyak kenangan yang tak terlupakan semasa masih bersekolah di SMP 2
ini, namun nampaknya tak dapat kuceritakan semuanya. Sejak awal masuk saja kami
sudah dihebohkan dengan kepala sekolah "si tuan takur" yang tinggi
besar dan berkumis saat itu. Kalau tak salah nama beliau adalah pak Idriansyah
*(Maaf kalo salah, soalnya dah lupa). Beliau bener-bener kepala sekolah yang
tegas. hehehe,,,, hobi banget nebang pohon dan kayanya sangat anti gerakan go
green. Bapak yang satu neh pokoknya gayanya Te.O.Pe banget dah. Keluar dari
dalam mobil colt*(mobil angkutan penajam-grogot) saja mesti membuka payungnya
sembari melangkah penuh kepastian ke kantor sekolah.
Pernah
juga suatu ketika saat kelas kami dijadwalkan akan menjadi petugas upacara
dihari Seninnya. namun pada hari sabtunya beredar kabar bahwa hari senin esok
tidak ada upacara karena ada sesuatu hal. Kabar itu memang masih simpang siur,
namun efeknya membuat kami bingung harus menyiapkan petugas upacara atau tidak.
Dan karena sura bahwa senin tidak ada upacara lebih dominan, akhirnya kami
sekelas tak ada penunjukan petugas upacara. Hari senin pun tiba, mengapa semua
siswa dikumpulkan dilapangan ya...??, muncul pertanyaan dibenak kami.
"Akh paling-paling ada pengumunan apa gitu"Pikir
sebagian dari kami.
DAN
TERYATAAA......... upacara akan segera dilangsungkan.
"Selakaaaa.......!!!!"mungkin begitu kata-kata anak
suku Paser saat itu.
Kepanikan
pun mendera kami sekelas walaupun ada sebagian yang masa bodoh. Sistem otoriter
pun terjadi, saling tunjuk sana-sini teman yang jadi petugas upacara.
"Kamu...!!! Kamuuu...!! Kamuuuuuuuuuuuuuu yah"
Pinta teman-teman yang lain. *(Sebenarnya sih saling meminta saja satu sama
lainnya).
Dalam
keadaan genting itu kepala sekolah pun menhampiri barisan para siswa. Kemudian
terjadi interkasi yang sedikit berbau introgasi tentang kelas siapa petugas
upacara. Karena proses penunjukan petugas diantara kami tak kunjung didapat
kesepakatan, akhinya kami sekelas diusir dari lapangan tersebut.
*(Pasang
soundtrack tersedih dulu). Dengan langkah gontai dan hati yang berdebar-debar
kami pergi dari lapangan itu menuju belakang bangunan perpustakaan. Banyak yang
saling menyalahkan dengan kejadian tersebut namun ada juga yang masih bodoh.
Ada yang wajahnya lesu tak percaya dengan keadaan itu dan tentunya ada juga
yang sangat kcemas dengan kejadian tersebut, termasuk Aku. Hehehe,,, Dibalik
sikap dinginku sebenarnya terdapat jiwa yang sangat rapuh, yakni sangat gampang
cemas akan suatu keadaan.
Entahlah
apa yang terjadi dilapangan sana semenjak kami enyah dari tempat tersebut, rasa
cemasku membuat aku enggan mengintip dan melihat segala aktivitas disana.
Sepertinya mereka tetap melaksanakan upacara saat itu. entahlah, mungkin
petugas minggu lalu bertugas lagi atau bagaimana.
Setelah
waktu pelaksanaan upacara selesai kami sekelas saat itu dievakuasi kedalam
ruang perpustakaan. Sambil menanti eksekusi kami menunggu sambil sesekali
membaca buku koleksi perpustakaan tersebut. Kemudian si petugas perpustakaan
mulai memberikan beberapa patah kata yang membuat suasana semakin mencekam. Dan
entah dari mana awalnya muncul ide agar yang memiliki mantra-mantra pengendali
amarah *(dalam istilah suku Paser disebut Lemu') agar menggunakannya nanti jika
kepala sekolah datang. Hahaha... ada-ada saja.
Tiba-tiba Kepala sekolah muncul dipintu utama dengan kedua tangan berada di pingganya, istilahnya gajak pinggang lah.. hehe.Mata beliau yang besar bulat menatap tajam kearah kami. sangat tajam hingga membuat kecemasanku semakin meningkat dan meluap serta tercecer dimana-mana. Beliau terus saja mentap kami dengan wajah yang siap menyemburkan amarah sangat besar sekali tanpa peduli kecemasanku yang membuat sebagian jiwaku lari terbirit-birit keluar dari ruang itu sejak tadi. Namun setelah beberapa saat menatap kami, aku mulai heran. Kapan eksekusinya ini, dari tadi cuma menatap tanpa kata-kata. Setelah itu ternyata beliau memerintahkan siswa putriya untuk kembali kekelasnya dan kami para siswa putra untuk tetap di ruang perpustakaan itu.
Waaaahhhhh...
ada apa ini, mengapa selalu ada perbedaan antara siswa perempuan dan laki-laki.
apakah kami para siswa lelaki harus transgender dulu neh baru dapat perlakuan
yang sama. Saat itu siswa putrinya bisa kembali kekelas dan sepertinya belajar
seperti biasanya. Sedangkan kami, satu kalimat dari beliau sebelum pergi
meninggalkan pintu perpustakaan tempat ia berdiri sejak tadi;
"Kalian Belajar aja sini sampe B*d*k....!!!" atau
"Kalian Main aja disini sampe B*d*k" Aku lupa beliau menyebut kata
belajar atau main, yang pasti aku ingat kata akhirnya itu .. he. Lalu beliau
langsung melangkah pergi menuju kantor sekolah.
Masih
beruntung kami tak dieksekusi secara kejam oleh beliau dan anehnya juga beliau
hanya seperti ingin marah besar tapi tak bisa mengeluarkannya.. waah mungkin
ide mantra-mantra anti amarah tadi berhasil... Hahhaha, tapi mungkin juga
beliau memang masih punya sisi yang baik pada kami.
Banyak sekali pengalaman yang
berhubungan dengan kelapa sekolah ini, namun bagiku pribadi hanya pengalaman
masalah upacara tadi dan terlambat masuk dipagi hari itu saja yang pernah ku
alami langsung. Terlambat itu pun aku hanya mendapat hadiah perut dipelintir
dan disuruh mungut sampah. Yah,, ngak papah lah mungut sampahnya, kan buat
kebaikan juga. Namun perut dipelintir ini lumayan rasanya... hahaha...
Jika
melihat kejadian-kejadian teman-teman yang lain dengan beliau sih masih sangat
banyak namun tidak baik jika saya yang menceritakannya, karena secara bukan aku
yang mengalaminya. Memang tak terlalu lama beliau menjadi kepala sekolah saat
itu di SMP 2. Entah saat kami akhir kelas 8 atau pertengahan itu beliau pindah
ke SMPN 1 LONG IKIS.
“Senang...???”
Senang
juga sih. Kami akhirnya bisa melakukan penghijauan lagi di area lingkungan
sekolah. Tapi kami juga harus terima kasih karena pernah menjadi kepala sekolah
kami. Tanpa dipungkiri tanpa beliau juga kami pasti tak akan pernah mengalami
hal-hal yang menjadi pengalaman yang bisa diceritakan dimasa-masa selanjutnya.
Karena membentuk sesuatu itu memang tidaklah mudah, jadi maafkanlah segala
kesalahan kami baik yang disengaja maupun tidak.
Hal
yang tak pernah aku lupakan juga pernah terjadi dikelas 3B. Kebetulan saat itu
saya adalah ketua kelas yang dipilih secara langsung. Pemilihan yang sangat
demokrasi dan tanpa politik uang itu mengantarkan aku menjadi ketua kelas dan
menyingkirkan kadidat lain yang diinisialkan “Megawaty” saat itu. Dan tentulah
aku “SBY”-nya..... Hahahahaha. Pemilihan kelas saat itu memang disaat sedang
panas-panasnya kabar persaingan antara Pak Sby dengan Bu Mega ditelevisi .
Sebagai ketua kelas aku pribadi saat itu ingin memegang teguh perinsip harus menjadi
contoh yang baik bagi yang lain. Menjadi pemimpin yang bisa memimpin,
menengahi, segala persoalan dikelas. Namun nyatanya keinginanku tak sepenuhnya
bisa aku capai. Tepatnya saat sedang berlangsungnya mata pelajaran kesenian.
Heran, setiap mata pelajaran itu konsentrasi teman-teman sekelas terutama yang
laki-laki tak pernah fokus. Terkadang kelas itu seperti tak ada guru yang
sedang mengajar didepan dan beruntungnya guru yang mengajar sangat sabar.
Sebenarnya kerugian telah menimpa kami yang tak benar-benar fokus belajar saat
itu. Puncaknya, tiba-tiba saja ada salah sorang teman yang membuka mie instan
dikelas dan kemudian dimakan secara sembunyi-sembunyi dari laci. Karena tempat
duduk siswa putra itu semuanya numpuk berjejer disebelah kanan dari depan
hingga kebelakang, akhirnya mie instan
itu terus bersambut menuju kebelakang. Bersambut secara estapet dalam
membaginya hingga sampai dibangkuku. Pada awalnya aku sempat menolaknya namun
kawan-kawan yang lain terus berusaha mendesak.
“Ambil sudah....!!!”
“Tau kamu kepohonan nanti kalo ngak ikut makan” kata salah
satu kawan.
Wah....
makin parah saja kawan-kawan neh membujuknya. Yang paling membara membujuknya
adalah mereka yang belum mendapat giliran, mungkin agar satu bungkus mie instan
itu cepat menuju mereka. Karena aku pikir guru mata pelajaran yang sedang
mengajar saat itu tidak begitu berbahaya dan bujukan kawan yang mulai menggila
akhirnya aku mengambil mie instan mntah itu dengan tiga jariku dan lang
memakanya seketika itu juga. Dengan kata lain aku hanya sekedar menyantapnya
saja karen hanya mengambil sedikit sekali dengan tiga jariku. Kemudian bungkus
mie itu berlanjut kebelakang dan terjadi lah perebutan besar-besaran hingga mie
itu habis. Celakanya ada salah satu kawan yang belum sama sekali mendapat
bagian dan tidak terima dengan hal tersebut.
“Mana,,, mana untukku, wah culas buanmu yah” begitulah
kira-kira kata-kata yang tidak kebagian itu.
Karena
merasa tidak kebagian, akhirnya dia melaporkan kejadian itu pada guru yang
sedang mengajar didepan.
“Buuuuu...ada yang makan mie dikelas
bu”lapornya.
“Maeeennnaaaa...!!!
sieeeaaappppaaaa...!!!”kata bu guru dengan suaranya yang khas.
“ini bu bungkus mienya bu..”kata
pelapor sambil menenteng barang bukti itu kedepan.
“Sini maju kedepan yang makan
tadi”perintah Bu Guru.
Waaaahhh,
... kacau. Dari sekian orang yang menikmati mie instan mentah itu, hanya empat
orang yang maju kedepan. Selebihnya sudah bungkam dan tak mau mengakui
perbuatannya. Awalnya sih aku juga mencoba menyangkal, karena aku beranggapan
hanya sedikit saja ikut makan. Sangat berbeda jauh dengan yang mengambil dengan
telapak tangan. Tapi jika yang diminta siapa yang makan maka aku adalah
terdakwa juga.
Dengan
perasaan malu dan cemas aku dan ketiga kawnku menjadi pesakitan di hadapan
teman-teman yang lainnya. Dan kini kami akan menerima sebuah hukuman yang belum
kami ketahui apa itu.
Setelah
menunggu beberapa saat, Bu Guru kemudian memanggil sipelapor dan memberinya
uang serta memintanya untuk membeli dua bungkus mie di kantin yang ada
diseberang jalan dari sekolah. Dengan semangat sipelapor kemudian membeli dua
bungkus mie instan. Tak perlu menunggu lama, si pelapor tiba dari kantin dengan
membawa dua bungkus s*rimi besaaar kepada bu guru. Kemudian bu guru memberikan
dua bungkus mie yang ukurannya sangat besar itu pada kami berempat dan
memerintahkan untuk menghabiskannya dihadapan teman-teman yang lain.
Wadaaaawww......!!!!!!!!
tak terbayangkan lagi rasa maluku saat itu. Posisi jabatanku sebagi ketua kelas
itulah yang sangat memberatkan aku saat dalam pesakitan itu. Aku sangat malu
karena tak bisa menjadi contoh yang baik bagi yang lainnya, *bagi yang kepengen
jadi baik sih*.
Berawal
dari sikap seakan-akan tak mau membuka bungkus mie itu,namun bu guru terus
mendesak dan akhirnya salah satu dari kami berempat berinisiatip membuka lebih
dulu.
“Halah... makan mie aja kok sudah
betul, sini aku yang duluan” katanya sembari membuka bungkus mie itu.
Setelah
ada yang memulai akhirnya aku menebalkan wajahku untuk ikut makan mie yang
rasanya ngak karuan itu. Maaf, mungkin ngak karuan itu karena dimakan disaat
yang tidak tepat itu kali ya.. hehe... tapi sialannya kenapa mesti dibelikan
mie yang bungkusnya ukuran jumbo seperti itu. Alhasil kami kerepotan sekali
untuk menghabiskannya. Tak sampai habis sebungkus kami makan berempat,
tiba-tiba bel waktu pergantian pelajaran berbunyi. Dan Ibu guru mengakhiri pelajaran
dengan kami yang masih berdiri didepan.
“Silahkan dihabiskan..”Pesan Bu guru
sembari pergi.
Setelah
bu guru meninggalkan kelas, barulah si pelapor tadi minta mie sisa kami yang
didepan.
Dengan
lahapnya dia menikmati mie tersebut. Ternyata si pelapor neh lagi lapar berat
kayanya. Hap...hap.. dua bungkus mie itu tadi telah habis dimakan si pelapor
dan teman-teman yang lain.
Beruntung
kejadian tersebut tidak berlanjut hingga ke dewan guru dan tak mempengaruhi
nilai kami. Entahlah, pasti Bu guru itu punya alasan sendiri mengapa
melakukannya dan tak mempermasalahkannya lebih panjang lagi. Seperti sebuah
ungkapan yang pernah kudengar, seseorang pasti memiliki alasan tersendiri
mengapa melakukan sesuatu hal, apapun
itu bukan hanya suatu hal yang baik saja, melainkan tindakan buruk sekalipun. Sekali
lagi, maafkan kesalahan dan kenakalan kami dahulu ya bu.... semoga kebahagian
selalu menyertai kehidupan Ibu dan keluarga. Amiieeenn..
Nah yang ini saat sedang mengikuti tour wisata pendidikan atau acara pameran yang diselenggarakan oleh sekolah kejuruan di Long Pinang. Gaya rambut dua orang sudah move on dan mulai mengikuti tren gaya rambut saat itu. Sementara yang Aku, Hahaha...... masih saja konsisten dengan jembol tahun 90an itu.
Saat dilokasi pameran itu sebenarnya kami dipandu bersama-sama di setiap stand tanaman yang ditanam diarea yang sangat luas. namun beberapa dari kami terpisah dari rombongan karena bertahan di kebun melon itu untuk berphoto.
Motor mini yang ada di salah satu stand pameran otomotif
Kebersamaan bersama adik-adik kelas disaat sedang menikmati nasi bungkus sebagai makan siang. Sebenarnya sudah rada kelaparan berat saat itu, hal itu disebabkan oleh terlambatnya pasokan nasi bungkus yang datang.
Kondisi cuaca yang panas dan gerah membuat perjalanan mengitari perkebuan berbagai tanaman itu terasa sangat melelahkan, dan tentunya membuat tenggorokan perlu didinginkan oleh sesuatu yang dingin dan menyegarkan.
Suasana didalam bus sekolah saat perjalanan pulang dari tempat pameran. Lihat, kantung plastik hitam bergelantungan didekat jendela bus. isi dari plastik itu sebenarnya beberapa tanaman kaktus dan tanaman hias lainnya.
Ternyata cuaca panas yan tadi merepa dibalas tuntas dengan hujan yang turun deras disaat kami masih dalam perjalanan pulang. Habis dah tuh spanduk kain yang cuma ditempel tulisan dari kertas disamping bus rontokan satu-persatu. Tuh..... yang dipintu bus pada kegirangan karena baru kena air hujan lagi... he.....
Setelah tadi membahas
pengalaman yang tergolong tidak mengenakkan. Sekarang aku lanjutkan dengan
sedkit pengalaman yang menurutku lumayan menyenangkan.
Meninggalkan jam pelajaran karena
perintah guru itu memang sangat menyenangkan. Hehee.. apalagi jika dikelas
sedang berlangsung pembahasan soal matematika yang rumit dan runyam, lalu kita
dijemput kekelas oleh guru yang lain dengan alasan ada kegiatan lain.
Waaaahhhh.....!!!!! merdeka sekali rasanya. Setelah penjemputan tersebut,
ternyata aku dikumpulkan diruang perpustakaan dengan beberapa kawan dari kelas
lain.
Setelah itu kami diberi penjelasan yang
selanjutnya diberi tugas untuk membuat sebuah karangan yang bertemakan “sumpah
pemuda”. Namun dengan syarat harus menggunakan tulisan tegak bersambung,
istilahnya tulisan rait begitulah. Benar-benar tantangan nih buatku yang
sehari-harinya selalu menulis dengan tulisan yang miring. Dan tantang
berikutnya adalah harus menyisihkan beberapa teman yang lain yang ada di
ruangan perpustakaan itu, karena hanya dua orang yang diambil untuk mengikuti
perlombaan yang diadakan di tanah grogot. Sebenarnya mengarang bukanlah
keahlianku, karena sebelum-sebelumnya aku tak pernah mengikuti perlombaan
mengarang.
Dalam
keadaan yang sangat tenang kami mengerjakan tugas mengarang itu diruangan
perpustakaan. Sesekali juga kuperhatikan beberapa kawan yang lain yang
notabenya adalah musuhku dalam kompetisi tersebut. Lumayan berat persaingan
kali ini, mereka semua adalah para juara dari kelas mereka masing-masing.
Sementara diriku tak pernah sama sekali merasakan mendapat peringkat tiga besar
hingga kelas tiga. Dengan segala usaha dan semangat yang terbata-bata aku
berusaha menegakkan tulisan-tulisanku dikertas polio bergaris itu. Benar-benar
sulit merubah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan. Kualirkan bebas semua apa
yang ada dalam pikiranku menuju kertas melalui sebuah pena. Sesekali gambaran
ide muncul meledak hebat dikepalaku. Dan hingga akhirnya aku berhasil
menyelesaikan tugas itu. Karanagn dengan tema sumpah pemuda itu pun dikumpulkan
untuk dinilai oleh guru yang bersangkutan untuk dicari siapa yang berhak
mewakili sekolah.
Kalau saya tidak salah sih, pengumuman
siapa dua orang yang berhak mewakili sekolah dilakukan dihari itu juga. Dan
dengan perasaan tidak percaya ternyata aku terpilih menjadi salah satu dari dua
siswa yang mewakili perlombaan di Tanah grogot.
“Fadli,,,
isi karya tulis kamu bagus, tapi bentuk tulisan tegak bersambung kamu....”Kata
Pak Guru bidang study Bahasa Indonesia.
Terlihat Pak Guru menggelengkan kepala
sembari tersenyum mengakhiri kalimat itu. Hahhaa... aku sih sempat senang namun
akhirnya tercampur sedikit sedih. Ya... sedih mendengar hasil penilaian bentuk
tulisanku itu.
“Tapi
dengan isi karya tulis kamu Bapak yakin kamu akan menang kok nanti, hanya saja
kamu perlu bejara lagi menulis tegak bersambungnya”Lanjut Pak Guru.
“Baik
Pak, nanti saya usahakan”Sambungku.
“Banyak-banyak
berlatih lagi yah Fadli dirumah”Kata Pak Guru sembari menepuk-nepuk punggungku.
“Baiklah
pak”.
Setelah itu kami mengakhiri percakapan
singkat diteras kantor sekolah itu. Aku pun kembali menuju ruang kelas dengan
wajah yang masih sama seperti wajah-wajahku yang kemarin.
Setelah
pulang dari sekolah sebenarnya aku mulai fokus untuk memperbaiki tulisanku.
Namun setiap mulai menuliskan kata-kata menggunakan tuliasan bersambung aku
malah jadi semacam gagal fokus. Dengan melihat kertas putih yang kosong itu
malah membuatku lebih bersemangat untuk mencoret-coretnya, bukan untuk
menulisnya dengan tulisan tegak bersambung. -_-
Hingga tibalah pada
hari perlombaan. Dengan menggunakan sepeda motor pak guru membawa saya menuju
Tanah grogot *(sekarang Tana Paser) ibukota Kabupaten Paser. Untuk sekelas aku
saat itu sangat menyenangkan bisa jalan-jalan sampai Tanah Grogot. Selain
karena sangat jarang kesana, berada di Tanah Grogot itu seperti sedang terbebas
lepas dari kurungan yang berada dipelosok kampung. Karena benar saja, tempat
tinggalku saat itu masih sangat sunyi dan berada dipinggir sawah... hahaha jika
musim hujan saja ramainya karena orkes para katak yang sedang berpesta. Entah,...
mereka berpesta apa ?, tak pernah sekalipun mereka mengundangku. *(Waduuhh,,
malah curhat).
Tempat perlombaan saat itu berada di
sebuah bagunan yang aku sendiri sudah lupa apa namanya, yang pasti bagunan itu
ada diseberang SMA 1 Tanah Grogot. *Bagi orang-orang yang berdomisili di Tanah
Grogot pasti tahu. Didalam sebuah ruangan yang menurutku agak minim pencahayaan
itu kami dikumpulkan. Ada banyak siswa lainnya dalam ruangan itu yang tentunya
perwakilan dari sekolah mereka masing-masing. Kulihat sejenak wajah Pak guru
yang tadi bersamaku dibalik kaca pintu yang kemudian tertutup rapat. Raut wajah
beliau seperti ingin menyampaikan sesuatu.
“Semangat
Fadli....!!! Kamu pasti bisa..”Begitu kira-kira kata-kata yang ingin disampaikan
Pak Guru padaku. *(GR on)
Perjuangan dan usaha yang maksimal
buatku untuk mengerahkan semua kemampuan menyalurkan kata demi kata menjadi
kalimat diteruskan menjadi paragraf hingga menjadi sebuah karangan yang
terpapar disebuah lembar-lembaran kertas folio itu. Namun bentuk tulisan tegak
bersambungku masih saja tak mengalami banyak perubahan. Terserahlah apapun
hasilnya nanti, yang penting aku sudah berusaha. Setelah menjelang tengah hari
selesai perlombaan kami langsung bergegas pulang.
Keesokan
harinya ternyata pengumunan hasil lomba telah diumumkan. Saat pelajaran
berlansung dikelas, aku sedikit terkejut karena Pak Guru datang menemuiku
dikelas. Dan beliau meminta ku untuk bersiap-siap untuk ikut dengannya pada
hari itu ke Tanah Grogot lagi.
“Sudah
bapak bilangkan kemarin, kamu pasti bisa”Kata Pak Guru sembari memulai
perjalanan kami.
“Tapi
kita belum tahu kamu dapat juara berapa, hanya diinformasikan kalau dari
sekolah kita dapat juara saja”Lanjut Pak guru.
Hmmmm.... iya-iya, apalah. Aku bingung
mau bicara apa, yang ku tahu ada rasa senang dan rasa penasaran yang sedang
menyerangku saat itu. Sepanjang perjalanan tak ada patah kata pun yang bisa
kutakan. Ini mungkin karena pak Guru juga ngak ada ngajak ngobrol... hahaha..
Hingga akhirnya kami sampai ditempat
perlombaan yang berlangsung kamarin itu. Tak ada selebrasi apaupun atau
keramain ditempat itu. Sepertinya penyerahan hadiah sudah berlangsung dari
tadi. Tanpa menunggu kemudian Pak guru muncul dari sebuah ruangan dengan
membawa sebuah tropy yang kemudian diserahkan kepadaku.
“Lumayan
Fadli, kamu dapat juara dua”Kata Pak Guru sembari memberikan tropy dan sebuah
amplop kepadaku.
“Heeeee.......,
alhamdulillah pak”
Dalam perjalanan pulang pak guru sempat
berkata bahwa tropi itu akan jadi milik sekolah, namun hadiah uang pembinaan
serta sertifikat bisa aku miliki. Yaa bagiku sih bisa menyumbangkan sebuah
tropy buat sekolah sudah sesuatu yang luar biasa. Tak apalah aku tak bisa
membawa tropinya kerumah yang penting masih ada uangnya... ahahaha.
Sesampainya di sekolah, sebenarnya aku
sudah berusaha menyembunyikan tropi itu dari jangkauan penglihatan
teman-temanku sekelas. Karena posisi kelas ada di sebelah kiri, maka aku
memegang tropi itu disebelah kanan dengan dilindungi badanku yang saat itu
sudah lumayan besar. Namun usahaku sia-sia saja, tetap saja bagian tropi itu
terlihat dari kelas dan dengan seketika kelasku pun riuh oleh sorak-sorai
teman-teman yang lain.
Dari sekian perlombaan yang aku ikuti
sewaktu masih bersekolah di SMP 2, hanya itu yang berhasil buatku dan yang
akhirnya bisa membawaku mengobrol empat mata dengan kepala sekolah yang baru
didalam ruang pribadinya saat itu.
Banyak sekali pengalaman yang menyenangkan yang pernah terjadi disekolah ini. Jika seandainya ada waktu yang bisa menyatukan kembali kawan-kawan seangkatan, maka sudah dipastikan terjadi suatu obrolan yang masing-masing tak mau kalah dengan pengalamannya masing-masing. Akan ada kisah di puncak seberang sekolah, didanau jalan masuk kearah mayang, dikantin tentang kejahilan suka menambahkan garam ke mangkuk mie kawan yang lain, tentang memanggang burung punai dibelakang sekolah, perkelahian antar siswa, sampai beberapa kecelakaan disaat berangkat maupun pulang sekolah hingga kisah perang saraf masalah wanita*(Hahaha....) dan lain sebagainya.
Ini adalah photo angkatan Andi'/kakak ku *(Ardiansyah AR), entah tepatnya tahun berapa ?. yang pasti sekitaran tahun 90'an.