Saturday, February 1, 2014

Anjat

ANJAT tas punggung khas Dayak termasuk Paser ini terbuat dari rotan yang dibelah-belah, diserut halus lalu dianyam berbentuk tabung setinggi sekitar 40 cm dan diberi tali untuk digantungkan di bahu ini. Anjat yang dulunya banyak dipakai sebagai tas punggung yang fungsinya untuk menaruh barang-barang bawaan dan diperlukan dalam perjalanan atau aktivitas harian seperti saat ke ladang/kebun. 
 Salah satu Pemuda Dayak sedang memakai Anjat di keramaian Kota


Namun pada perkembangannya kini, Anjat juga ada yang dibuat seperti tas slempangan samping. ukurannya memang lebih kecil daripada anjat yang dipakai dipunggung. 

                                                             Salah satu Anjat slempangan samping dari Kabupaten Paser

Anjat juga digunakan pada lambang/logo kabupaten Paser.
Pada lambang/ logo kabupaten Paser, Anjat diartikan Sebagai wadah bekal hidup dan budaya masyarakat Kabupaten Paser. 





sayang sekali anjat yang sangat berguna dan unik karena nilai histori serta budayanya ini saat ini nasibnya mulai terpinggirkan. Anjat telah tergantikan dengan berbagai tas produk modern seperti tas punggung/ransel, tas pinggang, tas tangan dan sebagainya yang terbuat dari bahan kulit, plastik, kain dan sebagainya.

Anjat makin langka, apa penyebabnya?
Apakah bahan baku anjat berupa rotan makin sulit didapatkan karena makin jauhnya akses ke hutan dan dominasi kepala sawit yang telah memusnahkan tanaman rotan?
Apakah sudah tidak banyak generasi muda yang mampu menganyam atau membuat karya seni anjat ini?
Apakah sudah tak ada lagi rasa bangga bagi orang Paser untuk melestarikan dan menggunakan anjat tersebut?... 

Mari kita lestarikan budaya kita, Jangan sampai adat budaya kita terkubur tak diketahui generasi-generasi kita yang akan datang... Jika Bukan Kita , Siapa lagi yang akan peduli.


*Semoga artikel ini dapat menambah wawasan Anda. Oleh Admin, Sobat diperbolehkan mengcopy paste / menyebar-luaskan artikel ini, namun Anda harus menyertakan link hidup dari artikel ini sebagai sumbernya. Mohon kerjasamanya dalam sedikit menghargai hasil kerja keras dan karya dari Penulis.
Tabe....

MEMBUAT EMPING PADI MUDA (PONTAQ)

Nampa Pontaq,.
Salah satu tradisi Masyarakat Paser yaitu membuat emping dari beras ketan muda yang dikenal dengan sebutan Pontaq dalam bahasa Paser. Di media sosial mungkin banyak kita jumpai bentuk penulisannya menggunakan kata "Ponta" saja. Namun pada kenyataannya lidah orang Paser tetap saja menyebutnya dengan penekanan pada akhir kata "Ponta" tersebut, dengan demikian jika dituliskan akan menjadi "Pontaq". Hal ini tidak jauh berbeda dengan kata "Louq" untuk rumah, bukan "Lou".



Pada proses pembuatan pontaq akan dimulai dengan memilih padi ketan muda yang masih mentah ( pare pulut ) dari ladang, padi ketan yang di ambil harus yang benar-benar pas tidak boleh terlalu muda dan tidak boleh terlalu tua. Proses ini perlu ketelitian dan keahlian dalam memilihnya dan ini biasanya dilakukan oleh ibu-lbu. Tahap selanjutnya adalah melepaskan buah padi ketan dari tangkainya yang disebut "ngikis". Dinamakan "ngikis" karena pada tahap ini kita akan melepaskan bulir padi dari tangkainya menggunakan sebuah bilah kayu yang agak tipis yang kemudian dikikiskan pada padi tadi.

                                   (Proses ngikis pare, melepaskan bulir padi dari tangkainya)

Setelah semua biji padi dilepaskan dari tangkainya, tahap selanjutnya adalah memasak biji padi ketan tersebut. Proses memasaknya juga berbeda dengan cara memasak biasa, padi ketan dimasukan ke dalam wajan (Sogon) yang berukuran besar . Padi dimasak dengan wajan tanpa campuran apa-apa atau disangrai dan selalu terus diaduk-aduk *(bolak-balik) agar tidak gosong..
Setelah masak, padi ketan diangkat dan didinginkan. Proses memasaknya juga harus pas, tidak boleh mentah dan terlalu masak karna hasilnya tidak bagus. 

(Padi ketan muda yang sudah selesai disangrai akan didinginkan sebentar kemudian dilanjutkan untuk ditumbuk)

Selanjutnya padi ketan yang sudah dingin tadi ditumbuk atau tenutu dalam bahasa Paser. Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat tradisional semua seperti Lisung, Alu, dan Siru. Tahap ini benar-benar perlu tenaga ekstra untuk menumbuk padi tersebut sampai isi padi Pontaq terpisah dari kulitnya.
Setelah di tumbuk padi ketan yang sudah jadi Pontaq di tampi menggunakan Siru untuk memisahkan dari sampah kulit padinya. 


                                                             (Pontaq yang sudah jadi )

Rasanya yang enak dan empuk dikunyah membuat makanan ini menjadi idola masyarakat Paser saat musim berladang. Pontaq akan lebih terasa nikmat kalau dimakan campur kepala parut *(eh, kelapa parut maksudnya,..he..) dan gula merah, atau dimasak lagi menjadi bubur pontaq.


*Semoga artikel ini dapat menambah wawasan Anda. Oleh Admin, Sobat diperbolehkan mengcopy paste / menyebar-luaskan artikel ini, namun Anda harus menyertakan link hidup dari artikel ini sebagai sumbernya. Mohon kerjasamanya dalam sedikit menghargai hasil kerja keras dan karya dari Penulis.
Tabe....