Sabtu 27 Oktober 2012
pukul 7.39 AM kami memulai perjalanan menuju air terjun
Doyam Seriam yang letaknya berada di desa Modang. Sebelum melakukan perjalanan
aku harus menggantikan kendaraan matik aku dengan kendaraan roda dua semi
trail. Ini merupakan perjalanan pertama aku
menuju objek wisata alam tersebut, sebelumnya memang pernah namun tidak
sampai tujuan yang diharapkan. Hal ini dikarenakan kondisi jalan yang sangat
kejam dan aku menggunakan sepeda motor yang tidak diperuntukkan menerjang jalan
yang licin dan berlumpur. Menilik pengalaman tersebut akhirnya aku
mempersiapkan sebuah kendaraan semi trail *(nebeng sih sebenarnya) untuk menuju
objek wisata yang banyak air tawarnya tersebut.
Okeh, tanpa basa-basi
memasukkan beberapa perbekalan kedalam ransel. Perbekalan seadaanya saja karena
aku berpikir ke tempat tersebut bukan untuk berpesta ria. Kan ngak mungkin jika
aku harus bawa kulkas untuk persediaan kesana *ckckck. Setelah persiapan sudah
terasa sempurna, aku segera berangkat dari istana orang tuaku yang berada di
Perigi,Desa Semuntai kecamatan Long ikis Kabupaten Paser provinsi Kalimantan
Timur Negara Indonesiaaaa…. Indonesia *tedeng-tedeng cessssssss(yel-yel
supporter Indonesia).
bagi yang diluar daerah yang ingin mengunjungi Doyam Seriam bisa menggunakan rute Balikpapan-Penajam Paser Utara-Kecamatan Long Ikis- Desa Semuntai- Desa Modang.
bagi yang diluar daerah yang ingin mengunjungi Doyam Seriam bisa menggunakan rute Balikpapan-Penajam Paser Utara-Kecamatan Long Ikis- Desa Semuntai- Desa Modang.
Suara
Motor semi trail ini kayanya meyakinkan neh buat perjalanan menuju Doyam
Seriam.
Hampir
lupa.. aku harus belok kiri neh buat jemput kawan seperjuangan yang juga hendak
menuju doyam seriam. Sebut saja namanya Ebet, asal jangan panggil dia “Bunga”
aja, takut entar Mendau melayang. Sesampai di kediaman beliau sudah terlihat
dari kejauhan sudah menunggu kehadiranku dengan segelas kopi hitam yang masih
mengebul asapnya serta “Bunga” dipekaranagannya.
“Dipekarangannya
lho… bukan beliu sedang bersama si”Bunga”.
Pada
awalnya Ebet juga ingin menggunakan motornya dengan maksud jalan menggunakan
motor masing-masing, namun dikarenakan aku dan dia sama-sama buta kondisi jalan
terbaru menuju Doyam Seriam tersebut akhirnya dia memutuskan untuk ikut satu
motor denganku.
“tak
masalah lah buatku, jok belakang motorku masih panjang kok”
Setelah
selesai menyiapakan segala persiapan kami berduapun segera melanjutkan
perjalanan kami.
Tujuan
pertama adalah menuju rumah kediaman Mr Dhana Pantrie Baskoroe * semoga
penulisan nama tidak BENAR* yang berada di desa Modang. Rencananya dia yang
akan menjadi juru wisata kami saat itu. Saat dalam perjalanan tanpa aku dan
Ebet duga ternyata kami bertemu kawan-kawan lainnya yang juga berniat menuju
Doyam Seriam.
Kesan
pertamaku melihat mereka adalah, mereka benar-benar memiliki persiapan yang
sempurna.
“woooow,
ranselnya besar… woooww, sepatunya dan woooowww….!! ada cewe cakep baru aja
melintas (kebetulan aja lewat)”.
Setelah
melewati desa semuntai, sendeley, akhirnya sampai juga di modang.
Sampai
di modang kami harus menunggu sesaat salah seorang kawan yang katanya juga
ingin ikut tapi masih ada di perjalanan. Setelah menunggu cukup lama akhirnya
pada pukul 9.30 AM kami berangkat dari kediamana Mr Dhana PB yang tak jauh dari pertigaan jalan masuk
menuju Doyam Seriam tersebut.
Melewati
jalan perkebunan sawit nampaknya perjalanan berjalan lancer dan mulus-mulus
saja.
Melewati
sebuah aliran sungai yang dangkal dan kemudian baru nampak sebuah tanjakan yang
sangat menantang untuk dilewati. Kondisi jalan memang dapat dikatakan cukup
baik namun kondisi tanjakannya sepertinya tidak begitu bersahabat dengan motor
aku. Mungkin karena ini motor tebengan jadi aku tidak begitu mengetahui
beberapa kelemahannya selama ini.
Suara
motor hanya bisa menjerit karena nyaris tak mampu melewati beberapa tanjakan
*bener-bener tak sesuai dengan penampilan*.
Tapi
tak apalah, niat yang kuat membuat usaha yang mengila juga menggelegar
cetaaAAARRRRRR membahana…
Setelah
melewati gunung lewati lembah *jadi kebayang lagu ninja hatori*, akhirnya kami
tiba di sebuah Gazebo peristirahatan. Motor kami hanya bisa sampai Gazebo
tersebut karena perjalanan berikutnya adalah dengan berjalan kaki.
Perasaan
hati semakin menggebu-gebu neh, jadi semakin semangat melangkahkan kaki menuju
air terjun Doyam Seriam yang tak jauh lagi. Menyusuri jalanan cor-coran beton
yang rasanya tak berujung terus dilalui.
Semakin
kaki terus dilangkahkan maka semakin terdengar deru air terjun dari bawah sana.
Semakin
kebawah maka perjalanan kita semakin curam, kini giliran tangga berkonstruksi
kayu yang kita pijaki. Tangga ini sudut kemiringannya terasa sangat extream,
apalagi bagi yang lebih terbiasa dengan tangga exalator MALL-MALL di kota. Siapkan adrenalin Anda…..!!!!!!
Setelah
melewati banyak anak tangga walaupun aku tak tahu entah dimana bapak & ibu
tangga itu akhirnya tiba juga di spot pertama Doyam Seriam.
Kesan
pertama adalah disinilah sumber oksigen yang sangat melimpahdan tak pernah kau
temui di kota-kota besar. Tak henti-hentinya dalam hati mengucap syukur
terhadap alam yang diciptakan sang maha kuasa. Hutan yang masih alami seketika
membuat kelopak mata ini berat karena udara yang sangat segar.
Kawan-kawan
yang lain bergegas membasahkan tubuh mereka. Ada yang sengaja melompat tebing
batu yang tinggi menuju air dibawahnya.
“Benar-benar
menguji adrenalin lagi”
Satu-persatu
mereka melakukan hal itu, hingga menjadi ajang adu keberanian diantara mereka.
“aku
hanya bisa guling-guling tanpa bilang WOOOW…”
Setelah
puas di spot pertama, akhirnya kami di ajak menuju hulu sungai tersebut.
Dari
balik rimbunya pepohonan dan batu-batu yang menghimpit aliran sungai, akhirnya
kami tiba di sebuah air terjun yang sangat tinggi, tapi sayang debit airnya
saat itu tidak terlalu banyak. Namum tetap saja seperti ada hujan abadi di
tempat itu.
*(saat debit air lumayan besar)
Dikejauhan
nampak beberapa anggrek hutan yang sangat indah berada di dinding-dinding air
terjun.
Di
hutan yang masih alami memang kaya akan jenis flora,sebagai contohnya yaitu
anggrek. Tidak jauh dari lokasi wisata air terjun itu juga terdapat wilayah
perlindungan anggrek hitam yang sangat langka dan fenomenal itu.Jangan
coba-coba berpikiran untuk merampok anggrek-anggrek itu dari hutan tersebut, (Hukum adat bisa menimpa anda) karena anggrek itu tentunya memang ditakdirkan
hidup di alam bukan untuk diperjual belikan.jika terus diperjual belikan, tidak mustahil kelak akan habis dan hanya menjadi bahan cerita saja.
Setelah
puas menikmati air terjun di hulu, kami kemudian kembali ketempat semula tadi,
yakni dihilirnya. Perbekalan pun mulai berkeluaran dari ransel masing-masing.
Pengunjung lainnya terlihat berdatangan dan menikmati air yang dingin nan segar
itu dengan mandi sepuasnya.
Ada
yang mencoba mencari ikan dengan menyundak, ada pula yang hanya duduk-duduk
santai sambil melihat beberapa orang yang masih saja melompat dari tebing
tinggi sebelah air terjun.
Pukul
01.51 PM kami akhinya memutuskan untuk kembali pulang. Kini tangga yang
menjulang tinggi tadi terlihat sangat HORROR.. bagi para pemula sepertinya
harus sedia Power bank energy untuk isi ulang. Perjalanan menaiki anak-anak
tangga itu membutuhkan tenaga yang extra. Saran saya jangan terburu-buru karena
energy anda akan lebih cepat terkuras habis, WOOOOLLLEESS saja.
Sesampai
di Gazebo paling atas tempat kami memarkirkan motor, kawan-kawan menyempatkan
untuk beristirahat. Kaki terasa berat untuk melangkah lagi karena keletihan.
Persediaan
air minum pun sampai kehabisan, jadi mungkin saja sebagian ada yang sedang berhalusinasi
sedang terdampar di padang pasir gurun sahara.*ckckckck kasihan*.
Setelah
wktu istirahat dirasa cukup akhirnya kami melanjutkan perjalanan pulang.
Kerongkongan
yang super tandus terus menemani perjalanan pulang tersebut, hingga pada
akhirnya kami bertemu pakle yang berjualan pentol dan es.
WAAAAHHHHH…..
!!!! sekarang mungkin ada beberapa yang sedang berhalusinasi melihat Pakle
seolah Cewek oriental putih mulus, kece, yang sedang melambai-lambaikan
tangannya untuk cepat segera menghampirinya.
Weeeessss…!!
Rombong pakle kaya di rampok aja dah. Bejibun para konsumen mengelilinginya.
Haus telah hilang, saatnya melanjutkan perjalanan pulang.
ucapan puji dan syukur atas limpahan rahmat yang maha kuasa atas perlindungan dan keselamatan pada kami semua hingga bisa kembali lagi kerumah masing-masing.
Dan tak lupa ucapan terima kasih kepada Uda Erawan Iwan
yang telah berdedikasi atas Doyam Seriam sehingga kami para generasi muda masih bisa menikmati alaminya hutan,air, udara yang luar biasa di Bumi Paser ini.
Hutan, Tanah, Air dan Udara yang selalu terjaga adalah masa depan kami.