Sunday, July 29, 2012

Kemana kini perginya suara Fajar itu ??

    Dahulu sekitar tahun 1996-1997, di kampung saya ada suara fajar yang sangat akrab terdengar sembari menemani dinginnya pagi. Sejak masih pagi buta gema suara yang seakan saling bersautan tersebut telah memecahkan keheningan dan kebekuan pagi. Bukan suara ayam jantan yang sedang berkokok saling bersautan, bukan suara katak yang ramai di rawa-rawa karena hujan semalam, namun jauh dari dalam hutan ditepi kampungku tempat suara itu berasal. Hutan saat itu masih bertahta kokoh menghiasi sebagian kampungku. Hutan dengan kombinasi aliran air sungai yang masih terjaga membuat betah sebuah populasi primata yang selalu menggema dikala fajar mulai memancarkan cahayanya. 
Primata itu adalah "owa-owa" atau masyarakat dikampung saya menyebutnya dengan "Kelawot".

Owa-owa atau Kelempiau (Hylobates muelleri), adalah primata dari keluarga Ungko
Tidak seperti keluarga ungka lainnya, Owa-owa tidak menunjukan dimorfisme dalam warna bulunya. Owa-owa memiliki bulu berwarna abu-abu atau coklat dengan bulu berwarna terang berbentuk cincin di bagian muka. Pada bagian kepala juga terdapat bulu berwarna gelap seperti topi. Owa-owa memiliki berat rata-rata 5,7 kg, sehingga merupakan ungka terkecil dalam keluarga ungka.
Owa-owa adalah hewan endemik pulau Kalimantan dengan habitat di bagian utara dan timur Kalimantan. Di bagian barat daya pulau hidup Owa Ungko; dengan penyebaran yang tidak sama. Owa-owa adalah hewan yang beraktivitas pada siang hari dengan habitat pada hutan hujan. Karakteristik Owa-owa adalah memiliki lengan yang panjang untuk berayun dari pohon ke pohon. Owa-owa hidup dengan pasangan monogami dan melindungi keluarga dari serangan dengan suara keras dan panjang. Makanan dari Owa-owa adalah berupa buah-buahan berdaging masak, dedaunan muda, dan seranga kecil..
      Kampung saya memang berada di Pulau Kalimantan, tepatnya di Dusun Perigi, Desa Semuntai kecamatan long-ikis kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Kalimantan memang identik dengan hutan, dan kampung saya saat itu juga banyak memiliki hutan yang masih alami. Suatu yang sangat mengagumkan adalah saat masih bisa mendengar lengkingan suara owa-owa atau kelawot  ini saat fajar menjelang.
Seiring waktu berputar, kini hutan-hutan itu telah terbabat terkapar mencium bumi. pekat udara panas melekat dengan asap akibat pembakaran hutan. Kini berlomba-lomba  pokok dahan berduri yang mempunyai buah sebagai bahan baku minyak goreng ditanam mengalahkan kokohnya pohon-pohon kayu hutan yang telah lama memberikan kehidupan berupa oksigen yang bersih kepada umat manusia.
Kini lengkingan suara owa-owa itu semakin menghilang dan tak dapat didengar lagi saat fajar menjelang. kini habitat mereka terus terdesak mengikuti perkembangan lahan perkebunan kelapa sawit. Hutan memang tidak begitu terasa bermanfaat bagi manusia daripada kelapa sawit. kelapa sawit sangat nyata dapat menaikan taraf perekonomian dan kehidupan masyarakat. namun apakah perlu kita sebagai umat manusia terus menggantikan hutan menjadi lahan perkebunan demi menuruti nafsu untuk diri sendiri. Menurut pribadi saya tindakan tersebut sama halnya seperti kita menimbun sebuah kolam ikan dengan tanah dan menanaminya dengan sebuah harapan untuk diri pribadi. tanpa kita sadari kita telah merampas sebuah kehidupan yang ada di kolam tersebut.
Jika ini terus berlanjut, akan ada lagu sawit-sawit melambai-lambai di tepi pantai yang menggantikan nyiur-nyiur dipantai, serta "naik-naik kepuncak gunung banyak pohon sawit" bukan lagi pohon cemara, pohon telah tergantikan. Akankah lengkingan suara primata owa-owa ini akan menjadi cerita pengantar tidur anak cucu kita kelak tanpa mereka tak pernah mendengarnya secara langsung, tanpa mereka melihat langsung bagaimana wujud rupa primata-primata kalimantan yang hanya ada di internet atau buku-buku.
    suara lengkingan owa-owa di pagi hari tak lagi kita dengar, kini suara bising kendaraan yang akan menemani kita memecahkan kebekuan pagi. semakin luas perkebunan kelapa sawit, maka akan semakin pesat juga mobilitas masyarakat dan tentunya kendaraan pengangkut kelapa sawit itu sendiri.

Kini Kemana Perginya Suara Fajar itu.. ??




Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment