S
|
ejenak mungkin kita
membayangkan bagaimana jika kepala kita tidak pernah dicuci atau keramas atau
istilah lokalnya “beshampoo” atau menggunakan shampoo. Kemungkinan besar akan
berakibat kulit kepala kotor, gatal, berminyak, bahkan aroma rambut akan terasa
bau menyengat. Lalu bagaimana nasib para orang tua kita terdahulu ya…??? Zaman
dahulu kan belum ada shampoo kemasan seperti saat ini.
Beshampoo bertujuan untuk membersihkan kulit kepala dan rambut sehingga tampak bersih, indah dan wangi via 7beautytips.com
Pada zaman dahulu peradaban manusia sudah banyak mengenal bahan pencuci rambut yang berasal dari alam. Pemilihan bahan pencuci rambut itu juga biasanya didasari pengetahuan sekelompok orang yang mendiami suatu wilayah dengan didorong oleh ketersediaan bahan tersebut dialam tempat mereka tinggal.
Pengetahuan tentang bahan pencuci rambut itu juga dimiliki oleh suku Paser. Entah dimulai dari tahun berapa pengetahuan tersebut mulai berkembang dikalangan masyarakat Paser, yang jelas pola kehidupan orang-orang Paser sejak dahulu yang sangat dekat dengan alam membuat bahan-bahan tersebut mudah didapatkan.
Bahan pencuci rambut yag dikenal sebagai shampo tradisional suku Paser tersebut adalah Jangir. Pada masyarakat Paser jenis tanaman ini tidak hanya dikenal dengan nama Jangir, ada yang menyebut Langer dan Betu. Ada tiga penyebutan nama tanaman ini dalam masyarakat Paser kemungkinan dikarenakan oleh pembagian subsuku Paser itu sendiri, setiap subsuku terkadang memiliki penyebutan masing-masing untuk sebuah tanaman maupun benda lainnya.
Tanaman Jangir
Jangir/Langer/Betu ini adalah sejenis tumbuhan yang berbentuk sulur merambat yang biasanya memerlukan sebuah batang kayu untuk menopangnya tumbuh. Bagian yang digunakan dari tanaman ini adalah kulit batangnya. Kuli batang diambil dengan cara searah dengan batang dan tidak diperkenankan mengupas kulit melikar penuh pada batangnya. hal tersebut dilakukan agar kulit dari batang jangir tersebut bisa beregenerasi kembali dan membentuk kulit baru lagi dengan menutup bagian yang di ambil tadi.
Tanaman Jangir yang menopang pada pohon langsat agar bisa tumbuh dengan baik.
Untuk membuat bagian kulit tanaman ini menjadi shampoo sangatlah mudah. Setelah kulit batangnya dicuci bersih, maka kita hanya perlu memukul-mukulnya dengan sedikit komposisi air sehingga keluar busa dari kulit jangir tersebut. Busa tersebut kemudian digunakan untuk keramas.
Penggunaan tanaman ini untuk keramas saat ini memang agak sulit ditemukan. Banyak masyarakat yang kini beralih pada produk yang lebih simpel dan modern. Produk simpel dan moderen tersebut juga sangat mudah di jumpai di warung-warung di lingkungan masyarakat. Namun walaupun demikian, terkadang jika kita sedang beruntung, kita bisa menjumpai potongan batang jangir ini diperjual-belikan di pasar-pasar tradisional orang Paser. Itupun sepertinya sangat langka sekali. Berbeda jika tanaman tersebut memang sengaja di tanam dan dilestarikan oleh seseorang, maka ia tidak akan kesusahan untuk mendapatkannya.
Walaupun kini banyak yang meninggalkannya, akan tetapi tak sedikit juga dari sebagian orang Paser yang masih setia menggunakan tanaman ini untuk keramas beshampo. Dan ada pula yang masih setia menjaga tanaman ini tetap hidup di pekarangan maupun di kebun mereka. Pastinya ada kesan tersendiri bagi mereka-mereka yang senang melestarikan tanaman yang memiliki manfaat dan pernah digunakan oleh pendahulu mereka dahulu kala.
Melestarikan suatu tradisi dari para pendahulu itu bukan berarti ketinggalan zaman, namun lebih pada menjaga sebuah kekayaan budaya yang telah dimiliki untuk selalu digenggam.