Pada hari selasa, 09 Juli 2013 adalah awal puasa bagiku pada bulan Ramadhan 1434 H/ 2013 M. Pada pagi itu, kira-kira pukul 10, aku kedatangan seorang kawan yang baru saja pulang dari tempat kerjanya. setelah beberapa menit mengobrol diberanda rumah, seorang kawan itu sebut saja Roberto atau dipanggil ebet punya inisiatif untuk pergi memancing.
"Memancing....?"pikirku sejenak.
aku memang sangat suka kegiatan tersebut, akhirnya aku menyetujui rencana tiba-tiba tersebut. namun masalah klasik yang muncul adalah menentukan dimana tempat memancingnya?.
namun tak butuh waktu lama, Ebet menyarankan agar memancing ke daerah Putang, salah satu desa di kecamatan long kali kabupaten Paser.
"Ko di Putang, emang ikannya banyak kah?" ujarku.
"Lumayan, hari itu Pak ReTe (RT) dan kawan-kawan habis mancing dari sana, mereka dapat ikan yang wujudnya agak aneh" kata Ebet.
"Aneh bagaimana?" tanyaku penasaran.
" Ya....aneh aja, macam ikan purba" ujar Ebet.
" Beehhhh, purba..... ?????" aku makin heran.
" Ya,, maksudnya jenis ikan itu sudah mulai langka didaerah sini, bentuk kepalanya mirip ikan lele, namun ekornya kaya kecebong, berudu, betitit," jelas Ebet.
"Waaahhh, jangan-jangan ikan Lais itu" sambungku dengan semangat.
" Iya mungkin" kata Ebet.
Tak lama kemudian kami kedatanagan Pak Rete yang tadi sedang kami bicaran. Hmmmm..... tentu saja itu adalah kesempatan yang tepet untuk bertanya langsung pada pelakunya yang sudah pernah memancing kesana. Setelah menlakukan introgasi pada pak Rete, akhirnya aku dan Ebet membulatkan tekad untuk memancing kesungai di daerah desa Putang tersebut.
Atas saran pak Rete, kami tak membawa umpan sama sekali dari rumah, karena kata beliau disana mudah untuk mencari cacing tanah sebagai umpannya.
Okeeeeeeee,,.............. Lets gooo,
pukul 11 menjelang tengah hari kami berangkat dari Perigi (Kampungku) menuju Putang. Berhubung semua peralatan pancingku aku tinggal di Samarinda, akhirnya aku memutuskan untuk mampir di simpang Pait untuk membeli peralatan pancing.
Walaupun toko penjual alat pancingnya kecil namun lumayan lengkap. Setelah semua perlengkapan dirasa lengkap, kami melanjutkan perjalanan. melewati Long ikis, Lampi, Jemparing..... hingga akhirnya bertemu sebuah simpangan sebelah kiri sebelum jembatan kecil di wilayah Putang.
"Kata pak Rete jalan masuknya 3 Km, ne km spedometer motor ku reset dari nol dulu" kata Ebet.
"Yaaa... jadi nanti jika km-nya sudah mencapai 3 km kita berhenti dan langsung lempar pancing, dimanapun tempatnya nanti,..... Hahahhahahahaha" sambungku.
"iya.... kalo 3 km ada di atas gunung, ya berarti disitulah spot mancingnya."kata Ebet lagi.
Suara tawa kami menjadi riung disepanjang jalan.
Pesan Pak Rete, setelah menemukan perkampungan dan kemudian menemukan jembatan pertama yang tentunya ada sungainya, nah disitulah tempat memancingnya.
Setelah terus menyusuri jalan berbatu tersebut, kami belum jua menemukan sebuah perkampungan. dan km pada motor sudah melebihi 3 km.
"Waaaahhhh, ditipu pak Rete nih kita" celoteh Ebet sembari mengontrol jalan sepeda motor kami.
"Hahahahhaha, sabar pasti sudah tidak jauh lagi" kata ku sok mengibur.
Perjalanan terus berlanjut, setelah berada diatas gunung yang tinggi dengan masih setia ditemani pohon-pohon sawit dikanan-kiri jalan, hawa panas terasa tek terelakan lagi. pepohonan disini juga sudah terganti oleh pokok-pokok sawit yang tak tertandingi. Kasihan hutanku.
Dari atas ketinggian tersebut akhirnya kami melihat sebuah perkampungan penduduk yang tepat berada dibawah dibalik tikungan yang dilanjutkan turunan yang sangat panjang.
Sesampai diperkampungan tersebut kami berhenti sejenak, karena ada sesuatu yang ingin di beli oleh Ebet.
kemudian perjalana kami lanjutkan lagi, perkampungan pendudku itu nampaknya memang tak begitu luas. setelah beberapa saat kemudian tak terasa kami sudah melewati dan meningalkan perkampungan tersebut.
Dan akhirnya kami berjumpa dengan sungai yang dikatakan Pak Rete tadi.
Okeeee,...... tanpa basa basi, setelah motor diparkir sempurna langsung lanjut merakit pancing dan.............
Fuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuhhhh... lemparan mata kail pertamaku kedalam air.
Arus airnya sangat kencang ternyata, dan sungainya lumayan dalam serta airnya keruh pula, macam teh campur susu gitu.
lemparan kail pertamaku ternyata membawa petaka. KAIL MENYANGKUUUUUUUUTTTTT.
"Huwwwaaaaaaaaaaa,,... " aku sangat kesal.
tarik-tarik,... dan akhirnya tali pancingya putus. nampaknya tempat aku melempar kail didasar sungainya banyak rangkaunya alias banyak kayunya.
Tak patah semangat, aku merakit pancing untuk kedua kalinya. ditempat berbeda Ebet sukses mendapatkan ikan pertamanya, namun sayang ikan yang didapat bukanlah ikan langka yang menjadi incaran itu melaikan ikan Tendikon.
hemmmm, tak apalah. kemudian kami berpencar tempat untuk memancing. dan satu persatu ikan berhasil kami dapatkan dari sungai tersebut.
Namun tiba-tiba dari kejauhan Ebet berteriak-teriak memanggilku. tanpa basa basi aku langsung berlari menuju tempat ia berada.ternyata ada kawanan Dongon alias berang-berang yang kemungkinan sedang mencari ikan pula. jumlah mereka sekitar 10 ekoran. namun sayang aku tak sempat mengabadikan momen tersebut karena keburu kawanan tersebut melarikan diri di anak sungai lain yang alirannya lebih kecil.
Lanjut kembali memancing, dan akhirnya aku mendapatka ikan langka tersebut namun ukurannya masih sangat kecil. ditempat berbeda , Ebet juga mendapatkan udang Gala (sejenis lobster air tawar). Dan beberapa saat kemudian Ebet akhirnya mendapatkan ikan Lais dengan ukuran yang lebih besar dari ukuran yang aku dapatkan tadi.
Kulihat jam pada pergelangan tangan kiriku sudah menunjukkan pukul 4 sore, namun aku masih penasaran siapa tahu masih bisa mendapatkan Ikan Lais itu lebih banyak lagi. Namun ikan Tendikon lah yang lebih dominan didapat, hingga akhirnya pancingku tersangkut lagi. Dan celakanya pemberatnya sudah habis, dengan rasa kuatir yang luar biasa, terpaksa aku harus merasakan dinginnya air sungai tersebut.
Setelah adegan melucuti pakaian telah berlalu, akhirnya aku memberanikan diri masuk kedalam sungai tersebut.
Brrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr............................... airnya luar biasa dingin dan arusnya sangat kencang. dasarnya adalah tanah membuat aku sulit berpijak. sangat licin, lebih licin daripada seorang mantan kekasih yang selalu berkelit dari perselingkuhan *(Naaahhhh lho), kaga ada hubungannya.
setelah lama berusaha menggapai objek sangkutan mata kail itu tiba-tiba aku teringat dan terpikirkan.
"Jangan-jangan sungai ini bermuara di sungai Telake Long kali yang terkenal akan buaya-buaya yang selalu menampakkan diri hilir mudir bagai setrika dan ganas itu.
apa lagi air sungai ini sedang keruh banjir *(mungkin) seperti ini.
Adaaaaaaaaaaaaaaaaaaawww,... cepat-cepat lah aku berusaha melepaskan kail pancingku yang etrsangkut itu.
Hingga akhirnya, syukur alhamdulillah, pancingku yang tersangkut tiba-tiba terlepas. dan aku bisa melanjutkan acara memancing ku.
Jam tanganku sudah menunjukakan pukul 6 sore, dan akhirnya kami sepakat untuk mengakhiri kegiatan kami hari itu dan kemudian bergegas pulang.
اللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْت بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
Yeeeeyyy,... syukur alhamdulillah nikmat rizky yang yang telah diberikan,.. amiiin.
"Memancing....?"pikirku sejenak.
aku memang sangat suka kegiatan tersebut, akhirnya aku menyetujui rencana tiba-tiba tersebut. namun masalah klasik yang muncul adalah menentukan dimana tempat memancingnya?.
namun tak butuh waktu lama, Ebet menyarankan agar memancing ke daerah Putang, salah satu desa di kecamatan long kali kabupaten Paser.
"Ko di Putang, emang ikannya banyak kah?" ujarku.
"Lumayan, hari itu Pak ReTe (RT) dan kawan-kawan habis mancing dari sana, mereka dapat ikan yang wujudnya agak aneh" kata Ebet.
"Aneh bagaimana?" tanyaku penasaran.
" Ya....aneh aja, macam ikan purba" ujar Ebet.
" Beehhhh, purba..... ?????" aku makin heran.
" Ya,, maksudnya jenis ikan itu sudah mulai langka didaerah sini, bentuk kepalanya mirip ikan lele, namun ekornya kaya kecebong, berudu, betitit," jelas Ebet.
"Waaahhh, jangan-jangan ikan Lais itu" sambungku dengan semangat.
" Iya mungkin" kata Ebet.
Tak lama kemudian kami kedatanagan Pak Rete yang tadi sedang kami bicaran. Hmmmm..... tentu saja itu adalah kesempatan yang tepet untuk bertanya langsung pada pelakunya yang sudah pernah memancing kesana. Setelah menlakukan introgasi pada pak Rete, akhirnya aku dan Ebet membulatkan tekad untuk memancing kesungai di daerah desa Putang tersebut.
Atas saran pak Rete, kami tak membawa umpan sama sekali dari rumah, karena kata beliau disana mudah untuk mencari cacing tanah sebagai umpannya.
Okeeeeeeee,,.............. Lets gooo,
pukul 11 menjelang tengah hari kami berangkat dari Perigi (Kampungku) menuju Putang. Berhubung semua peralatan pancingku aku tinggal di Samarinda, akhirnya aku memutuskan untuk mampir di simpang Pait untuk membeli peralatan pancing.
Walaupun toko penjual alat pancingnya kecil namun lumayan lengkap. Setelah semua perlengkapan dirasa lengkap, kami melanjutkan perjalanan. melewati Long ikis, Lampi, Jemparing..... hingga akhirnya bertemu sebuah simpangan sebelah kiri sebelum jembatan kecil di wilayah Putang.
"Kata pak Rete jalan masuknya 3 Km, ne km spedometer motor ku reset dari nol dulu" kata Ebet.
"Yaaa... jadi nanti jika km-nya sudah mencapai 3 km kita berhenti dan langsung lempar pancing, dimanapun tempatnya nanti,..... Hahahhahahahaha" sambungku.
"iya.... kalo 3 km ada di atas gunung, ya berarti disitulah spot mancingnya."kata Ebet lagi.
Suara tawa kami menjadi riung disepanjang jalan.
Pesan Pak Rete, setelah menemukan perkampungan dan kemudian menemukan jembatan pertama yang tentunya ada sungainya, nah disitulah tempat memancingnya.
Setelah terus menyusuri jalan berbatu tersebut, kami belum jua menemukan sebuah perkampungan. dan km pada motor sudah melebihi 3 km.
"Waaaahhhh, ditipu pak Rete nih kita" celoteh Ebet sembari mengontrol jalan sepeda motor kami.
"Hahahahhaha, sabar pasti sudah tidak jauh lagi" kata ku sok mengibur.
Perjalanan terus berlanjut, setelah berada diatas gunung yang tinggi dengan masih setia ditemani pohon-pohon sawit dikanan-kiri jalan, hawa panas terasa tek terelakan lagi. pepohonan disini juga sudah terganti oleh pokok-pokok sawit yang tak tertandingi. Kasihan hutanku.
Dari atas ketinggian tersebut akhirnya kami melihat sebuah perkampungan penduduk yang tepat berada dibawah dibalik tikungan yang dilanjutkan turunan yang sangat panjang.
Sesampai diperkampungan tersebut kami berhenti sejenak, karena ada sesuatu yang ingin di beli oleh Ebet.
( Singgah sejenak disebuah warung di perkampungan penduduk)
Dan akhirnya kami berjumpa dengan sungai yang dikatakan Pak Rete tadi.
Okeeee,...... tanpa basa basi, setelah motor diparkir sempurna langsung lanjut merakit pancing dan.............
Fuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuhhhh... lemparan mata kail pertamaku kedalam air.
Arus airnya sangat kencang ternyata, dan sungainya lumayan dalam serta airnya keruh pula, macam teh campur susu gitu.
lemparan kail pertamaku ternyata membawa petaka. KAIL MENYANGKUUUUUUUUTTTTT.
"Huwwwaaaaaaaaaaa,,... " aku sangat kesal.
tarik-tarik,... dan akhirnya tali pancingya putus. nampaknya tempat aku melempar kail didasar sungainya banyak rangkaunya alias banyak kayunya.
Tak patah semangat, aku merakit pancing untuk kedua kalinya. ditempat berbeda Ebet sukses mendapatkan ikan pertamanya, namun sayang ikan yang didapat bukanlah ikan langka yang menjadi incaran itu melaikan ikan Tendikon.
hemmmm, tak apalah. kemudian kami berpencar tempat untuk memancing. dan satu persatu ikan berhasil kami dapatkan dari sungai tersebut.
Namun tiba-tiba dari kejauhan Ebet berteriak-teriak memanggilku. tanpa basa basi aku langsung berlari menuju tempat ia berada.ternyata ada kawanan Dongon alias berang-berang yang kemungkinan sedang mencari ikan pula. jumlah mereka sekitar 10 ekoran. namun sayang aku tak sempat mengabadikan momen tersebut karena keburu kawanan tersebut melarikan diri di anak sungai lain yang alirannya lebih kecil.
( Ebet sedang memancing )
Lanjut kembali memancing, dan akhirnya aku mendapatka ikan langka tersebut namun ukurannya masih sangat kecil. ditempat berbeda , Ebet juga mendapatkan udang Gala (sejenis lobster air tawar). Dan beberapa saat kemudian Ebet akhirnya mendapatkan ikan Lais dengan ukuran yang lebih besar dari ukuran yang aku dapatkan tadi.
( ikan Lais )
Kulihat jam pada pergelangan tangan kiriku sudah menunjukkan pukul 4 sore, namun aku masih penasaran siapa tahu masih bisa mendapatkan Ikan Lais itu lebih banyak lagi. Namun ikan Tendikon lah yang lebih dominan didapat, hingga akhirnya pancingku tersangkut lagi. Dan celakanya pemberatnya sudah habis, dengan rasa kuatir yang luar biasa, terpaksa aku harus merasakan dinginnya air sungai tersebut.
Setelah adegan melucuti pakaian telah berlalu, akhirnya aku memberanikan diri masuk kedalam sungai tersebut.
Brrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr............................... airnya luar biasa dingin dan arusnya sangat kencang. dasarnya adalah tanah membuat aku sulit berpijak. sangat licin, lebih licin daripada seorang mantan kekasih yang selalu berkelit dari perselingkuhan *(Naaahhhh lho), kaga ada hubungannya.
setelah lama berusaha menggapai objek sangkutan mata kail itu tiba-tiba aku teringat dan terpikirkan.
"Jangan-jangan sungai ini bermuara di sungai Telake Long kali yang terkenal akan buaya-buaya yang selalu menampakkan diri hilir mudir bagai setrika dan ganas itu.
apa lagi air sungai ini sedang keruh banjir *(mungkin) seperti ini.
Adaaaaaaaaaaaaaaaaaaawww,... cepat-cepat lah aku berusaha melepaskan kail pancingku yang etrsangkut itu.
Hingga akhirnya, syukur alhamdulillah, pancingku yang tersangkut tiba-tiba terlepas. dan aku bisa melanjutkan acara memancing ku.
Jam tanganku sudah menunjukakan pukul 6 sore, dan akhirnya kami sepakat untuk mengakhiri kegiatan kami hari itu dan kemudian bergegas pulang.
( Tendikon dan kawan-kawan)
Melihat potensi sungai tersebut memang masih luar biasa, walaupun sudah dikepung perkebunan kelapa sawit namun ikan-ikan seperti itu masih ada.akan tetapi tak menutup kemungkinan beberapa tahun yang akan datang sungai-sungai seperti itu tak ada lagi ikan-ikan yang bisa untuk dipancing..
"Jangan sampai sungai yang menjadi sumber kehidupan umat manusia itu kelak hanya menjadi tong sampah manusia"
Oh iya,... puasa ku saat itu berhasil aku pertahankan sampai dijalan saja, enggak sampai dirumah. ya berhubung di wilayah long ikis adzan magrib sudah berkumandang, akhirnya.........;
Yeeeeyyy,... syukur alhamdulillah nikmat rizky yang yang telah diberikan,.. amiiin.