Thursday, April 23, 2015

Kisah-kisah di goa tengkorak, Kabupaten Paser

Beberap kisah tentang sebuah pengalaman di goa tengkorak  (TRUE STORY).

Diwilayah Kabupaten Paser ada beberapa goa-goa yang berisi beberapa tulang belulang manusia yang pada zaman dahulunya merupakan wadah tempat penguburan para pendahulu. Dilain cerita juga ada goa-goa yang berisi oleh tengkorak kepala manusia hasil ngayau dizaman bala. Biasanya goa tengkorak korban ngayau didalamnya hanya terdapat tengkorak kepala saja tanpa adanya tulang-belulang anggota tubuh yang lainnya.
Saat ini beberapa goa yang berisi tengkorak manusia di wilayah Suku Paser memang masih banyak yang tidak terpublikasi kepada masyarakat umum, hanya ada beberapa goa yang sudah mendapat perhatian dari pemerintah daerah, seperti Goa tengkorak di Desa Kesunge Batu Kecamatan Batu Sopang. Artikel mengenai goa tersebut pun sudah banyak bertebaran di internet.
Tulang Belulang yang terdapat di Goa Tengkorak Desa Kesunge, kec Batu Sopang via safetykarunia.blogspot.com
 
            Pada kesempatan ini saya akan sedikit bercerita beberapa pengalaman seseorang yang benar-benar terjadi dibeberapa tempat goa yang berisi tengkorak manusia tersebut.  Pengalaman pertama tersebut adalah yang pernah dialami beberapa kru anggota survey sebuah perusahaan swasta yang bergerak dibidang kehutanan/ kayu hasil hutan. Tempat kejadian dan si Pelaku sengaja saya samarkan untuk melindungi privasi sesorang. Saat perusahaan itu masih aktif beroperasi di hutan kabupaten Paser, ada kalanya sewaktu-waktu pihak perusahaan akan melakukan aktivitas survey kedalam hutan dengan merekrut beberapa anggota dari masyarakat setempat. Kegiatan survey ini tentunya seperti kegiatan berpetualang didalam hutan Paser yang masih alami. Dan sudah barang tentunya banyak pengalaman-pengalaman yang didapat dari kegiatan tersebut. Dalam perjalanan mereka terkadang menjumpai Blontang dan beberapa goa didalam hutan lebat. Dari banyaknya anggota sudah tentulah setiap kepala memiliki sifat yang berbeda-beda pula. Ada yang biasa-biasanya dan serius dengan pekerjaan namun ada pula yang memiliki sifat yang usil dan suka bercanda kepada kawan yang lainnya.
Suatu ketika, tibalah rombongan anggota survey disebuah daerah dan mendirikan kem ditempat tersebut. Tak jauh dari kem tersebut terdapat sebuah goa yang ternyata didalamnya ada tengkorak kepala manusianya. Tak pelak hal itu membuat ide usil yang muncul dari salah satu anggota tim survey. Saat mereka mendatangi goa tersebut, dengan sengaja mereka mengoles cat merah pada salah satu tengkorak tersebut. Cat berwarna merah itu sendiri adalah cat yang biasa digunakan para anggota survey dalam menandai lokasi.
Setelah bersenang-senang di Goa yang tersebut kemudian mereka pulang ke kem yang jaraknya memang tak terlalu jauh dari tempat itu. Waktu pun bergulir meninggalkan siangnya dan mempertemukan senjanya, hingga akhirnya malam pun tiba. Langit malam yang gelap kini berseru mengundang para awan untuk berkumpul diarea tersebut. Dunia terlihat sangat marah dan murka saat itu. Angin kencang disertai hujan yang bisa disebut “Berubu” oleh orang Paser melanda kem mereka. Entah bagaimana prosesnya, konon kabarnya si pelaku yang usil mengecat-ngecat goa itu mendapat pesan melalui mimpi yang penuh amarah malam itu agar segera membersihkan apa yang telah ia perbuat. Kesokan harinya dengan segera si usil yang berjiwa kreatif itu pergi ke goa tersebut untuk membersihkan cat-cat merah itu menggunakan minyak. Masih beruntung mereka hanya mendapat teguran dan tak sampai ada yang celaka di tempat itu, pada akhirnya mereka masih bisa kembali pulang dari dalam hutan dengan selamat.

........................................................................****.................................................................

Kisah kedua adalah tentang Goa yang berisi tengkorak kepala manusia yang berada di daerah sindet, desa Lembok kecamatan Long ikis. Saat sebelum masuknya era perkebunan kelapa sawit, di daerah ini masih merupakan kawasan hutan yang lebat. Sehingga saat ingin membuka hutan untuk menjadi kebun kelapa sawit, konsekuensinya pohon-pohon pun harus ditebang. Pada proses pembersihan hutan dari pohon-pohon besar dan semak belukar, banyak warga lokal yang diperkerjakan oleh pihak-pihak tertentu saat itu. Warga lokal menerima pekerjaan tersebut karena memang dipengaruhi faktor ekonomi yang pada saat itu kesulitan untuk mencari suatu pekerjaan dan penghasilan. Bagi mereka yang punya keahlian dalam menebang pohon bekerja menjadi penebang pohon untuk pembukaan lahan tersebut. Sebagian dari mereka punya keahlian dan pengetahuan tentang gergaji mesin atau bahasa lokalnya sensow yang diadobsi dari kata chainsaw adalah dari beberapa perusahaan kayu yang lebih dahulu mereka kenal sebelum perkebunan sawit datang.
            Tibalah waktu untuk bekerja. Pada awalnya para pekerja tidak ada mendapat masalah dalam menebang pohon diareal perkebunan tersebut. Selang beberapa hari kemudian barulah para pekerja menjumpai hutan kecil yang memiliki kontur berbatu dan liang yang berisi tengkorak kepala manusianya. Ada rasa was-was memang sebenarnya dirasakan oleh para pekerja untuk membersihkan tempat tersebut, namun karena berada dalam lahan perkebunan da si pemilik lahan ingin semuanya dibersihkan akhirnya para pekerja mulai membersihkan pepohonan dan semak belukar yang ada di sekitaran liang-liang tersebut. Pembersihan lahan itu memang belum masuk daerah liang tersebut dan masih beberapa meter dari liang utamanya. Para pekerja pun tak mengalami hambatan dalam membersihkan tempat tersebut. Pohon-pohon dan semak belukar berhasil disingkirkan dan para pekerja bisa pulang kerumah dengan kondisi baik seperti biasanya. Namun kondisi baik dan normal itu terusik pada salah satu pekerja pada malam harinya. Pekerja itu bermimpi didatangi oleh sosok lelaki yang kemudian berkata “Ise moko ikam ngenjaras eka penyekulo la natar kain ndo?”
Jika diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai berikut “Mengapa kalian memotong/menebas habis tanaman di halaman kami ini?”……
Tak ada tanggapan dan jawaban dari pekerja itu, ia hanya tertegun sejenak dan berpikir mengapa ia mendapat mimpi seperti itu.
Pada pagi harinya ia kemudian kembali berangkat bekerja dengan masih penuh tanda Tanya dalam hatinya tentang mimpinya semalam. Sesampai ditempat kerja ia pun bergabung dengan yang lainnya dan menlanjutkan pekerjaan mereka untuk membersihkan pepohonan di seputaran liang. 

                                  ilustrasi penebangan sebuah pohon via www.anneahira.com

Deru suara mesin gergaji saling bersautan memecahkan keheningan alam hutan didaerah tersebut. Kegiatan pembersihan lahan tersebut kini tersisa pada area liang itu saja. Pada saat pemebersihan mendekati liang tersebut ada satu kejadian yang menimpa salah satu pekerjanya, salah satu pohon yang tumbang hampir saja mengenai pekerja tersebut. Beruntung pekerja itu sempat berlari dan melindungi diri masuk dicelah liang yang ada ditempat itu sehingga masih terselamatkan. Semua prosedur keselamatan dalam penebangan sudah dilakukan oleh para pekerja tersebut namun suatu kecelakaan kerja mungkin saja dapat terjadi kapan saja dan dimana saja dan dikarenakan dari berbagai faktor juga tentunya. Lepas dari kejadian tersebut, para pekerja kemudian mencoba ingin menebang salah satu pohon besar yang ada di area liang. Namun entah apa yang sedang terjadi tiba-tiba saja sensow atau gergaji mesin yang mereka pakai menjadi rewel dan tidak mau hidup sama sekali. Kemudian mereka mencoba memperbaiki gergaji mesin tersebut dibawah yang tempatnya tidak di area lian itu lagi. Setelah diperiksa dan diperbaiki kemungkinan ada kerusakan kecil yang menyebabkan gergaji mesin itu tak mau hidup, akhirnya pekerja itu kembali mencoba menghidupkannya. Dan sensow itu pun hidup dan menderu-deru sehat. Akhirnya sensow itu dipikul dengan kondisi mati menuju area liang untuk bersiap menebang pohon besar tadi. Sesampai di pohon tersebut, sensow kembali dihidupkan dan ……………… dan terulang kembali. Sensow tak lagi mau hidup seperti pada awal tadi. Tak henti-hentinya pekerja itu mencoba menghidupkannya namun tak membuahkan hasil sama sekali. Akhirnya sensow itu dipikul kambali kebawah dan mereka beristirahat.
Sambil beristirahat para pekerja kemudian terlihat berbincang-bincang menanggapi fenomena tersebut, mereka pun berusaha mencari cara agar bisa menebang pohon besar di liang tersebut. Mereka kembali menhidupkan sensow itu ditempat mereka beristirahat dan sensow itu hidup normal. Dan kemudian kemabali mereka mencoba menghidupkan sensow itu didekat pohon tersebut, namun hasilnya tetap saja gergaji mesin itu mau hidup. Akhirnya muncul ide dari salah satu pekerja yang mengusulkan agar sensow itu dihidupkan dibawah lalu dipikul dalam keadaan hidup menuju pohon tersebut.
“Waahhh… ide yang bagus”kata pekerja yang lain.
Akhirnya mereka mencoba ide tersebut. Seorang pekerja menghidupkan sensow itu dibawah tempat mereka berisitirahat tadi dan sensow hidup dengan sempurna. Lalu pekerja itu membawa benda tersebut dalam keadaan hidup menuju pohon yang ada di area liang itu. Ketika pekerja itu sedang menaiki beberapa bebatuan yang menandakan ia sudah dekat dengan pohon itu, tiba-tiba saja sensow yang dibawanya dalam keadaan hidup dari bawah tadi menjadi mati lagi. Hal ini kemudian terus terjadi saat mereka mencoba ide dari pekerja tadi, namun tak ada satu pun sensow mereka yang bisa hidup ketika memasuki area liang itu. Akhirnya mereka menyudahi kegiatan mereka pada hari itu dengan menyerah dan semoga esok hari mereka kembali menemukan cara lain agar bisa menumbangkan pohon tersebut. Para pekerja pun kembali pulang dan bertemu sanak keluarga mereka dirumah.
            Malam datang padamkan semua bara kelelahan selepas siangnya bergelut dengan aktivitas yang sangat menguras tenaga dan pikiran. Tak terkecuali dengan seorang pekerja yang pada malam sebelumnya dimimpikan bertemu seseorang itu. Bisa merebahkan kembali tubuh yang lelah dimalam ini dan bertemu orang-orang yang dicinta dirumah merupakan anugrah yang tak ternilai baginya. Hingga suasana malam yang terus bergulir akhirnya memberatkan kelopak matanya untuk terlelap dan meluluhkan semua sendi-sendi dan otot-ototnya yag seharian telah bekerja keras.
Terlelap dalam kondisi tubuh yang letih, pekerja itukemudian kembali bermimpi didatangi sosok laki-laki yang sama seperti pada mimpi dimalam sebelumnya. Kali ini laki-laki itu datang dengan wajah yang agak kesal dan menghampiri pekerja itu.
“Iko endo aso ulun mendo se itanku, ise moko ketine nau gawi kam ? pre ikam eka ngenjaras eka penyekulo la natar kain, endo nua ikam kakan notok ori louq kain…!!”kata lelaki itu.
~Yang artinya *(“kamu ini masih orang sini juga kulihat, mengapa demikian kerjaan kalian, kemarin kalian habis memotong/menebas taaman dihalaman kami, ini lagi kalian mau memotong tiang rumah kami”)
“Boo…, sabi-sabi tindu maaf beta-beta kain ndo, kain ndo belo keo pan upaya low. Koe kain ndo suma senuyu koe bos kain. Ena keo kakan ise masam ganggu ka po bos kain ene”Jawab pekerja itu dalam mimpinya.
~yang artinya *(“Boo…, permisi betul-betul minta maaf kami ini, kami memang tidak ada kewenangan/kekuatan juga. Karena kami ini hanya suruhan dari bos kami. Jika ada keinginan apa-apa ganggu saja bos kami itu”)
Perkerja itu kemudian terbagun dari tidurnya. Terhenyak sejenak sembari berpikir mengapa mimpi itu berlanjut dari malam sebelumnya.
“Jangan-jangan ini memang teguran karena ingin menebang pohon kemarin”Kata pekerja itu.
Pada hari itu juga pekerja itu kembali berangkat bekerja dan langsung menceritakan tentang mimpinya dua malam berturut-turut itu pada kawan yang lain. Kawan-kawan pekerja itu pun mendaengarkan dengan seksama dan akhirnya mereka menyimpulkan bahwa mereka memang tidak boleh melakukan aktivitas lebih lanjut di area liang tersebut. Mereka kemudian membiarkan area liang itu asri dengan berbagai tumbuhan dan pepohonan. Semenjak saat itu kisah terus diceritakan dari generasi ke generasi selanjutnya agar tak merusak tempat itu dengan alasan apapun. Karena pada saat wilayah itu telah dikepung perkebunan kelapa sawit, ada beberapa orang dari daerah trans yang pada saat itu sampai ditempat tersebut. Mereka berencana mengambil tengkorak kepala yang ada didalam liang tersebut untuk dibawa pulang, beruntung pada saat itu juga ada yang yang mengingatkan pada mereka.
“Jangan kalian mencoba-coba melakukan hal itu jika tak ingin melihat tempat kalian hancur”
Akhirnya orang-orang dari trans itu mengurungkan niat mereka untuk membawa tengkorak kepala itu.

Dari kisah tersebut jangan juga kita langsung berpikiran atau mengatakan sesuatu hal yang bisa menyakiti perasaan mereka yang menyakini akan sesuatu hal yang bagi sebagian orang berpikir tidak masuk akal, syirik, atau lain sebagainya. Setiap individu pastinya berhak atas keyakinannya sendiri dari hati nuraninya. Sudah selayaknya kita menyikapinya dengan arif dan bijaksana serta menghormati tradisi setempat. Galilah kemungkinan nilai-nilai kebaikan dari hal-hal tersebut bagi hidup kita. 
Pada kisah pertama dapat kita lihat pesan yang terkandung antara lain, agar kita senantiasa tidak merusak suatu tempat yang bukan milik pribadi kita seperti melakukan pencoretan tadi. Dewasa ini kita sering menjumpai salah kaprah dari orang-orang yang beranggapan tempat umum atau public area adalah tempat yang bisa kita gunakan semau kita dan sesuka hati kita tanpa memperdulikan penilaian dari oarng lain yang juga menggunakan tempat tersebut. Seperti contoh ditempat-tempat wisata misalnya, terkadang banyak coretan-coretan tangan dari orang-orang yang tak bertanggung jawab yang kemudian menciptakan kesan buruk, jorok, dan tak lagi indah dipandang. Entah apa motivasi dari para pencoret itu, mungkin adanya keinginan menunjukkan bahwa ia kreatif atau hal lainnya. 
Menurutku tempat umum adalah tempat dimana kita bisa menikmati segala akses tempat tersebut dengan tetap menghormati hak-hak orang lain yang juga datang ketempat tersebut. Dengan demikian kita tidak boleh semena-mena memonopoli penuh tempat itu dengan sesuka hati kita, tentunya orang lain juga ingin menikmati tempat tersebut dengan cara masing-masing. Jika punya jiwa kreatif yang menggebu-gebu dan terasa ingin meledak serta tumpah ruah meluber kemana-mana, bisa disalurkan pada tempat yang benar. Tempat yang memang diperuntukkan mengembangkan jiwa-jiwa kreatif itu. Jika kita suka mencoret mungkin dimasa depan kita bisa jadi ahli desain, pelukis, grafitty, dan lainya. Jika suka menulis kata-kata, jika terus dilatih dan pembelajaran yang baik tak menutup kemungkinan dimasa depan bisa jadi seorang penulis. Jiwa kreatif itu sesungguhnya seperti benih tanaman, jika kita berhasil menanamnya ditempat yang benar dan selalu memperhatikannya dengan perhatian yang serius pastinya benih itu akan tumbuh menjadi pohon yang besar dan berbuah yang baik dan tentunya rasa buahnya manis dan nikmat. Sebaliknya jika benih itu ditanam ditempat yang salah dan tak diperlakukan dengan benar, maka kesia-siaan akan menghampiri.

Pada kisah kedua pesan yang terkandung pun tak kalah menariknya. Selain jangan melakukan pengerusakan disuatu tempat, ada juga pesan dari kepercayaan suatu adat-istiadat kebudayaan setempat yang tidak bisa kita singkirkan begitu saja. Di zaman serba modern saat ini sebagian orang banyak yang tak lagi punya sopan-santun dan rasa hormat terhadap kearifan lokal suatu daerah. Apalagi jika menyangkut obsesi untuk meraup suatu keuntungan financial pribadi maupun kelompok. Jangankan manusianya, mahluk goib pun seakan dipaksa pergi menjauh. Adat istiadat dan tradisi masyarakat setempat ditabrak, digusur diratakan dengan bumi.
Dengan alasan pembangunan, biasanya mereka akan mengatakan masyarakat yang masih memengang adat dan tradisi tersebut sebagai primitif.  Mempercayai ada penunggu yang mendiami suatu pohon atau tempat kadang menghalangi tujuan mereka. Dan tak jarang pula nilai-nilai kepercayaan di masyarakat itu kemudian mereka musnahkan demi tercapainya tujuan mereka. Mempercayai  hal tersebut mungkin hanya membuat sebagian orang "geleng-geleng kepala" saja, tapi bagaimana jika kepercayaan itu bisa menyelamatkan bentuk kehidupan dari sebuah pohon atau suatu tempat itu dari kehancuran ?. 

Banyak mereka yang memberi kemajuan tanah ini dengan pembangunan, namun jika membangunnya dengan bahan dari puing-puing kehancuran tradisi adat budaya setempat, itu tak ada bedanya dengan sebuah penjajahan.

*Semoga artikel ini dapat menambah wawasan Anda. Oleh Admin, Sobat diperbolehkan mengcopy paste / menyebar-luaskan artikel ini, namun Anda harus menyertakan link hidup dari artikel ini sebagai sumbernya. Mohon kerjasamanya dalam sedikit menghargai hasil karya dari Penulis.
~Tabe.....................................................................

2 comments:

  1. Buen endo, tapi keo typo diang cerita yo terlalu mendrama poyo te mengerti heheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe.. taka ada gading yang tak retak,, terima kasih rbuntung sundok kakan singgah ngembaca sio,, salam kenal deh..
      Tabe....

      Delete