Tuesday, September 23, 2014

Nostalgia SMPN 2 Kuaro, Kabupaten Paser.

Sedikit berbagi kenangan semasa masih duduk di sekolah menengah pertama. SMP N 2 Kuaro, adalah sekolah menegah pertama yang berada di Jl. Negara desa Sandeley Kecamatan Kuaro Kabupaten Paser. Kebetulan Aku sendiri adalah alumni sekolah tersebut lulusan tahun 2004/2005 *(Kalo ngak salah sih) hehehehe....
Pada zaman awal tahun 2000'an hingga 2003'an, keberadaan kamera pada perangkat telepon seluler memang belum ada. hal tersebut menyebabkan minimnya dokumentasi photo-photo pada zaman itu. ditahun 2003-2004'an pun handphone yang dilengkapi kamera adalah barang yang mewah untuk sekelas anak SMP. Beruntungnya pada saat itu sudah ada kamera film yang lazim disebut dengan "Tustel". namun tak dipungkiri juga disaat itu membeli roll film sangat memberatkan uang saku para pelajar SMP seperti kami. 

( Tustel Canon Mate dan FujiFilm milik Bokap )



Bisa memegang tustel pun sebenarnya karena milik orang tua. Namun suatu ketika ada seseorang yang diam-diam membawa tustel kesekolah. Dan sedang terjadi sesi pemotretan dibelakang sekolah. Mereka adalah wanita-wanita yang sangat berpengaruh disaat itu, Hahhaaha....... alias paling tersohor. 
Keren neh, jarang-jarang sekelas anak SMP bisa dan mau beli rol film. Siapakah mereka...?? Tak perlu saya sebutkan nama mereka satu persatu. Hehehe.. karena kemungkinan saat ini mereka sudah bersuami dan sedang sibuk mengurusi anak-anak mereka, biarlah photo yang mengatakan siapa mereka.

"Byaaaarrrrr....... Byaaarrrr....." kilat flash membahana tepat di belakang gedung kelas 7 saat itu. He.... mungkin ada yang rada aneh dengan penampilan mereka yang berjilbab namun dengan lengan baju dan rok yang pendek. Weeeiiiiitsss,,, tunggu gan jangan diprotes dulu, apalagi sampe nyebutin plecehan segala. Pada masa ini adalah masa transisi mewajibkan penggunaan jilbab bagi siswi yang muslim dari yang sebelumnya yang tak mewajibkan penggunaan jilbab. 
Pada saat mereka masih kelas 7 atau bisa dikatakan murid barulah, sama dengan kami, karena kami memang seangkatan... hehe. namun pada angkatan kami muncul kebijakan mewajibkan penggunaan jilbab bagi siswa putri. Dan sialnya kebijakan itu dicetuskan ketika sudah aktif masuk sekolah bukan pada awal mulai penerimaan siswa. Efeknya jelas pada seragam siswa putri yang tadinya sudah dibuat sudah di set seperti segaram SMP pada umumnya saat itu, tiba-tiba beberapa bulan kemudian muncul kebijakan tersebut. Alhasil banyak yang berat hati untuk membuat seragam baru lagi, walaupun ada juga sebagian yang akhirnya rela membuat seragam baru lagi. 
"Boros banget, sudah seragam baru malah bikin seragam lagi, harusnya diawal pendaftaran kali kebijakan seperti itu diumuman"...Begitu kira-kira pikir orang tua mereka.
"Waahhhh,, ini nanti kalo rok panjang jadi kaya anak MTs donk.. hehe" Sebagian siswi mungkin berkata demikian. 
Pada saat itu perbedaan anak SMP dengan MTs memang sangat berbeda pamornya, ya... mungkin karena MTs didaerah kami saat itu masih swasta dan sangat minim peminat. sehingga ada nilai tersendiri yang bisa masuk SMP Negeri dengan standarisasi NEM. Apalagi di SMP-SMP lain saat itu tidak ada kebijakan seperti itu, jadi bisa dikatan saat itu angkatan kami adalah pelopor menlakukan kebijakan tersebut dengan sekolah yang lingkungan luarnya adalah mayoritas nonmuslim.










Setelah mereka puas berphoto ria yang hasilnya tak dapat langsung dilihat disaat itu, kini tustel itu dipaksa mengambil gambar kami para lelaki yang tak tau diri... wkakakkkkakk.....

Hahaha... yang jembol atau gaya rambut belah tengah itu adalah korban yang gagal move on dari zaman 90'an. Lokasi pemotretan saat itu adalah di gunung paling belakang bangunan kelas 7. atau berada di samping lab IPA, tepatnya lapangan bola volly. 
Waktu itu kalau tidak salah adalah saat sekolah melaksanakan ulangan. karena saat ulangan bisanya pasti pulang lebih cepat, kami biasanya bermain-main ke kelas belakang. 







Sebenarnya sangat banyak kenangan yang tak terlupakan semasa masih bersekolah di SMP 2 ini, namun nampaknya tak dapat kuceritakan semuanya. Sejak awal masuk saja kami sudah dihebohkan dengan kepala sekolah "si tuan takur" yang tinggi besar dan berkumis saat itu. Kalau tak salah nama beliau adalah pak Idriansyah *(Maaf kalo salah, soalnya dah lupa). Beliau bener-bener kepala sekolah yang tegas. hehehe,,,, hobi banget nebang pohon dan kayanya sangat anti gerakan go green. Bapak yang satu neh pokoknya gayanya Te.O.Pe banget dah. Keluar dari dalam mobil colt*(mobil angkutan penajam-grogot) saja mesti membuka payungnya sembari melangkah penuh kepastian ke kantor sekolah.

Pernah juga suatu ketika saat kelas kami dijadwalkan akan menjadi petugas upacara dihari Seninnya. namun pada hari sabtunya beredar kabar bahwa hari senin esok tidak ada upacara karena ada sesuatu hal. Kabar itu memang masih simpang siur, namun efeknya membuat kami bingung harus menyiapkan petugas upacara atau tidak. Dan karena sura bahwa senin tidak ada upacara lebih dominan, akhirnya kami sekelas tak ada penunjukan petugas upacara. Hari senin pun tiba, mengapa semua siswa dikumpulkan dilapangan ya...??, muncul pertanyaan dibenak kami. 
"Akh paling-paling ada pengumunan apa gitu"Pikir sebagian dari kami. 
DAN TERYATAAA......... upacara akan segera dilangsungkan.
"Selakaaaa.......!!!!"mungkin begitu kata-kata anak suku Paser saat itu.
Kepanikan pun mendera kami sekelas walaupun ada sebagian yang masa bodoh. Sistem otoriter pun terjadi, saling tunjuk sana-sini teman yang jadi petugas upacara. 
"Kamu...!!! Kamuuu...!! Kamuuuuuuuuuuuuuu yah" Pinta teman-teman yang lain. *(Sebenarnya sih saling meminta saja satu sama lainnya).
Dalam keadaan genting itu kepala sekolah pun menhampiri barisan para siswa. Kemudian terjadi interkasi yang sedikit berbau introgasi tentang kelas siapa petugas upacara. Karena proses penunjukan petugas diantara kami tak kunjung didapat kesepakatan, akhinya kami sekelas diusir dari lapangan tersebut. 

*(Pasang soundtrack tersedih dulu). Dengan langkah gontai dan hati yang berdebar-debar kami pergi dari lapangan itu menuju belakang bangunan perpustakaan. Banyak yang saling menyalahkan dengan kejadian tersebut namun ada juga yang masih bodoh. Ada yang wajahnya lesu tak percaya dengan keadaan itu dan tentunya ada juga yang sangat kcemas dengan kejadian tersebut, termasuk Aku. Hehehe,,, Dibalik sikap dinginku sebenarnya terdapat jiwa yang sangat rapuh, yakni sangat gampang cemas akan suatu keadaan. 
Entahlah apa yang terjadi dilapangan sana semenjak kami enyah dari tempat tersebut, rasa cemasku membuat aku enggan mengintip dan melihat segala aktivitas disana. Sepertinya mereka tetap melaksanakan upacara saat itu. entahlah, mungkin petugas minggu lalu bertugas lagi atau bagaimana. 
Setelah waktu pelaksanaan upacara selesai kami sekelas saat itu dievakuasi kedalam ruang perpustakaan. Sambil menanti eksekusi kami menunggu sambil sesekali membaca buku koleksi perpustakaan tersebut. Kemudian si petugas perpustakaan mulai memberikan beberapa patah kata yang membuat suasana semakin mencekam. Dan entah dari mana awalnya muncul ide agar yang memiliki mantra-mantra pengendali amarah *(dalam istilah suku Paser disebut Lemu') agar menggunakannya nanti jika kepala sekolah datang. Hahaha... ada-ada saja. 

Tiba-tiba Kepala sekolah muncul dipintu utama dengan kedua tangan berada di pingganya, istilahnya gajak pinggang lah.. hehe.Mata beliau yang besar bulat menatap tajam kearah kami. sangat tajam hingga membuat kecemasanku semakin meningkat dan meluap serta tercecer dimana-mana. Beliau terus saja mentap kami dengan wajah yang siap menyemburkan amarah sangat besar sekali tanpa peduli kecemasanku yang membuat sebagian jiwaku lari terbirit-birit keluar dari ruang itu sejak tadi. Namun setelah beberapa saat menatap kami, aku mulai heran. Kapan eksekusinya ini, dari tadi cuma menatap tanpa kata-kata. Setelah itu ternyata beliau memerintahkan siswa putriya untuk kembali kekelasnya dan kami para siswa putra untuk tetap di ruang perpustakaan itu. 
Waaaahhhhh... ada apa ini, mengapa selalu ada perbedaan antara siswa perempuan dan laki-laki. apakah kami para siswa lelaki harus transgender dulu neh baru dapat perlakuan yang sama. Saat itu siswa putrinya bisa kembali kekelas dan sepertinya belajar seperti biasanya. Sedangkan kami, satu kalimat dari beliau sebelum pergi meninggalkan pintu perpustakaan tempat ia berdiri sejak tadi; 
"Kalian Belajar aja sini sampe B*d*k....!!!" atau "Kalian Main aja disini sampe B*d*k" Aku lupa beliau menyebut kata belajar atau main, yang pasti aku ingat kata akhirnya itu .. he. Lalu beliau langsung melangkah pergi menuju kantor sekolah. 
Masih beruntung kami tak dieksekusi secara kejam oleh beliau dan anehnya juga beliau hanya seperti ingin marah besar tapi tak bisa mengeluarkannya.. waah mungkin ide mantra-mantra anti amarah tadi berhasil... Hahhaha, tapi mungkin juga beliau memang masih punya sisi yang baik pada kami.

            Banyak sekali pengalaman yang berhubungan dengan kelapa sekolah ini, namun bagiku pribadi hanya pengalaman masalah upacara tadi dan terlambat masuk dipagi hari itu saja yang pernah ku alami langsung. Terlambat itu pun aku hanya mendapat hadiah perut dipelintir dan disuruh mungut sampah. Yah,, ngak papah lah mungut sampahnya, kan buat kebaikan juga. Namun perut dipelintir ini lumayan rasanya... hahaha...
Jika melihat kejadian-kejadian teman-teman yang lain dengan beliau sih masih sangat banyak namun tidak baik jika saya yang menceritakannya, karena secara bukan aku yang mengalaminya. Memang tak terlalu lama beliau menjadi kepala sekolah saat itu di SMP 2. Entah saat kami akhir kelas 8 atau pertengahan itu beliau pindah ke SMPN 1 LONG IKIS.
“Senang...???”
Senang juga sih. Kami akhirnya bisa melakukan penghijauan lagi di area lingkungan sekolah. Tapi kami juga harus terima kasih karena pernah menjadi kepala sekolah kami. Tanpa dipungkiri tanpa beliau juga kami pasti tak akan pernah mengalami hal-hal yang menjadi pengalaman yang bisa diceritakan dimasa-masa selanjutnya. Karena membentuk sesuatu itu memang tidaklah mudah, jadi maafkanlah segala kesalahan kami baik yang disengaja maupun tidak.

Hal yang tak pernah aku lupakan juga pernah terjadi dikelas 3B. Kebetulan saat itu saya adalah ketua kelas yang dipilih secara langsung. Pemilihan yang sangat demokrasi dan tanpa politik uang itu mengantarkan aku menjadi ketua kelas dan menyingkirkan kadidat lain yang diinisialkan “Megawaty” saat itu. Dan tentulah aku “SBY”-nya..... Hahahahaha. Pemilihan kelas saat itu memang disaat sedang panas-panasnya kabar persaingan antara Pak Sby dengan Bu Mega ditelevisi . Sebagai ketua kelas aku pribadi saat itu ingin memegang teguh perinsip harus menjadi contoh yang baik bagi yang lain. Menjadi pemimpin yang bisa memimpin, menengahi, segala persoalan dikelas. Namun nyatanya keinginanku tak sepenuhnya bisa aku capai. Tepatnya saat sedang berlangsungnya mata pelajaran kesenian. Heran, setiap mata pelajaran itu konsentrasi teman-teman sekelas terutama yang laki-laki tak pernah fokus. Terkadang kelas itu seperti tak ada guru yang sedang mengajar didepan dan beruntungnya guru yang mengajar sangat sabar. Sebenarnya kerugian telah menimpa kami yang tak benar-benar fokus belajar saat itu. Puncaknya, tiba-tiba saja ada salah sorang teman yang membuka mie instan dikelas dan kemudian dimakan secara sembunyi-sembunyi dari laci. Karena tempat duduk siswa putra itu semuanya numpuk berjejer disebelah kanan dari depan hingga kebelakang,  akhirnya mie instan itu terus bersambut menuju kebelakang. Bersambut secara estapet dalam membaginya hingga sampai dibangkuku. Pada awalnya aku sempat menolaknya namun kawan-kawan yang lain terus berusaha mendesak.
“Ambil sudah....!!!”
“Tau kamu kepohonan nanti kalo ngak ikut makan” kata salah satu kawan.
Wah.... makin parah saja kawan-kawan neh membujuknya. Yang paling membara membujuknya adalah mereka yang belum mendapat giliran, mungkin agar satu bungkus mie instan itu cepat menuju mereka. Karena aku pikir guru mata pelajaran yang sedang mengajar saat itu tidak begitu berbahaya dan bujukan kawan yang mulai menggila akhirnya aku mengambil mie instan mntah itu dengan tiga jariku dan lang memakanya seketika itu juga. Dengan kata lain aku hanya sekedar menyantapnya saja karen hanya mengambil sedikit sekali dengan tiga jariku. Kemudian bungkus mie itu berlanjut kebelakang dan terjadi lah perebutan besar-besaran hingga mie itu habis. Celakanya ada salah satu kawan yang belum sama sekali mendapat bagian dan tidak terima dengan hal tersebut.

“Mana,,, mana untukku, wah culas buanmu yah” begitulah kira-kira kata-kata yang tidak kebagian itu.
Karena merasa tidak kebagian, akhirnya dia melaporkan kejadian itu pada guru yang sedang mengajar didepan.
            “Buuuuu...ada yang makan mie dikelas bu”lapornya.
            “Maeeennnaaaa...!!! sieeeaaappppaaaa...!!!”kata bu guru dengan suaranya yang khas.
            “ini bu bungkus mienya bu..”kata pelapor sambil menenteng barang bukti itu kedepan.
            “Sini maju kedepan yang makan tadi”perintah Bu Guru.
Waaaahhh, ... kacau. Dari sekian orang yang menikmati mie instan mentah itu, hanya empat orang yang maju kedepan. Selebihnya sudah bungkam dan tak mau mengakui perbuatannya. Awalnya sih aku juga mencoba menyangkal, karena aku beranggapan hanya sedikit saja ikut makan. Sangat berbeda jauh dengan yang mengambil dengan telapak tangan. Tapi jika yang diminta siapa yang makan maka aku adalah terdakwa juga.
Dengan perasaan malu dan cemas aku dan ketiga kawnku menjadi pesakitan di hadapan teman-teman yang lainnya. Dan kini kami akan menerima sebuah hukuman yang belum kami ketahui apa itu.
Setelah menunggu beberapa saat, Bu Guru kemudian memanggil sipelapor dan memberinya uang serta memintanya untuk membeli dua bungkus mie di kantin yang ada diseberang jalan dari sekolah. Dengan semangat sipelapor kemudian membeli dua bungkus mie instan. Tak perlu menunggu lama, si pelapor tiba dari kantin dengan membawa dua bungkus s*rimi besaaar kepada bu guru. Kemudian bu guru memberikan dua bungkus mie yang ukurannya sangat besar itu pada kami berempat dan memerintahkan untuk menghabiskannya dihadapan teman-teman yang lain.
Wadaaaawww......!!!!!!!! tak terbayangkan lagi rasa maluku saat itu. Posisi jabatanku sebagi ketua kelas itulah yang sangat memberatkan aku saat dalam pesakitan itu. Aku sangat malu karena tak bisa menjadi contoh yang baik bagi yang lainnya, *bagi yang kepengen jadi baik sih*.
Berawal dari sikap seakan-akan tak mau membuka bungkus mie itu,namun bu guru terus mendesak dan akhirnya salah satu dari kami berempat berinisiatip membuka lebih dulu.
            “Halah... makan mie aja kok sudah betul, sini aku yang duluan” katanya sembari membuka bungkus mie itu.
Setelah ada yang memulai akhirnya aku menebalkan wajahku untuk ikut makan mie yang rasanya ngak karuan itu. Maaf, mungkin ngak karuan itu karena dimakan disaat yang tidak tepat itu kali ya.. hehe... tapi sialannya kenapa mesti dibelikan mie yang bungkusnya ukuran jumbo seperti itu. Alhasil kami kerepotan sekali untuk menghabiskannya. Tak sampai habis sebungkus kami makan berempat, tiba-tiba bel waktu pergantian pelajaran berbunyi. Dan Ibu guru mengakhiri pelajaran dengan kami yang masih berdiri didepan.
            “Silahkan dihabiskan..”Pesan Bu guru sembari pergi.
Setelah bu guru meninggalkan kelas, barulah si pelapor tadi minta mie sisa kami yang didepan.
Dengan lahapnya dia menikmati mie tersebut. Ternyata si pelapor neh lagi lapar berat kayanya. Hap...hap.. dua bungkus mie itu tadi telah habis dimakan si pelapor dan teman-teman yang lain.
Beruntung kejadian tersebut tidak berlanjut hingga ke dewan guru dan tak mempengaruhi nilai kami. Entahlah, pasti Bu guru itu punya alasan sendiri mengapa melakukannya dan tak mempermasalahkannya lebih panjang lagi. Seperti sebuah ungkapan yang pernah kudengar, seseorang pasti memiliki alasan tersendiri mengapa  melakukan sesuatu hal, apapun itu bukan hanya suatu hal yang baik saja, melainkan tindakan buruk sekalipun. Sekali lagi, maafkan kesalahan dan kenakalan kami dahulu ya bu.... semoga kebahagian selalu menyertai kehidupan Ibu dan keluarga. Amiieeenn..
 




Nah yang ini saat sedang mengikuti tour wisata pendidikan atau acara pameran yang diselenggarakan oleh sekolah kejuruan di Long Pinang. Gaya rambut dua orang sudah move on dan mulai mengikuti tren gaya rambut saat itu. Sementara yang Aku, Hahaha...... masih saja konsisten dengan jembol tahun 90an itu. 
Saat dilokasi pameran itu sebenarnya kami dipandu bersama-sama di setiap stand tanaman yang ditanam diarea yang sangat luas. namun beberapa dari kami terpisah dari rombongan karena bertahan di kebun melon itu untuk berphoto. 


Motor mini yang ada di salah satu stand pameran otomotif


Kebersamaan bersama adik-adik kelas disaat sedang menikmati nasi bungkus sebagai makan siang. Sebenarnya sudah rada kelaparan berat saat itu, hal itu disebabkan oleh terlambatnya pasokan nasi bungkus yang datang.

Kondisi cuaca yang panas dan gerah membuat perjalanan mengitari perkebuan berbagai tanaman itu terasa sangat melelahkan, dan tentunya membuat tenggorokan perlu didinginkan oleh sesuatu yang dingin dan menyegarkan.

Suasana didalam bus sekolah saat perjalanan pulang dari tempat pameran. Lihat, kantung plastik hitam bergelantungan didekat jendela bus. isi dari plastik itu sebenarnya beberapa tanaman kaktus dan tanaman hias lainnya.

Ternyata cuaca panas yan tadi merepa dibalas tuntas dengan hujan yang turun deras disaat kami masih dalam perjalanan pulang. Habis dah tuh spanduk kain yang cuma ditempel tulisan dari kertas disamping bus rontokan satu-persatu. Tuh..... yang dipintu bus pada kegirangan karena baru kena air hujan lagi... he.....

Setelah tadi membahas pengalaman yang tergolong tidak mengenakkan. Sekarang aku lanjutkan dengan sedkit pengalaman yang menurutku lumayan menyenangkan.
Meninggalkan jam pelajaran karena perintah guru itu memang sangat menyenangkan. Hehee.. apalagi jika dikelas sedang berlangsung pembahasan soal matematika yang rumit dan runyam, lalu kita dijemput kekelas oleh guru yang lain dengan alasan ada kegiatan lain. Waaaahhhh.....!!!!! merdeka sekali rasanya. Setelah penjemputan tersebut, ternyata aku dikumpulkan diruang perpustakaan dengan beberapa kawan dari kelas lain.
Setelah itu kami diberi penjelasan yang selanjutnya diberi tugas untuk membuat sebuah karangan yang bertemakan “sumpah pemuda”. Namun dengan syarat harus menggunakan tulisan tegak bersambung, istilahnya tulisan rait begitulah. Benar-benar tantangan nih buatku yang sehari-harinya selalu menulis dengan tulisan yang miring. Dan tantang berikutnya adalah harus menyisihkan beberapa teman yang lain yang ada di ruangan perpustakaan itu, karena hanya dua orang yang diambil untuk mengikuti perlombaan yang diadakan di tanah grogot. Sebenarnya mengarang bukanlah keahlianku, karena sebelum-sebelumnya aku tak pernah mengikuti perlombaan mengarang.

            Dalam keadaan yang sangat tenang kami mengerjakan tugas mengarang itu diruangan perpustakaan. Sesekali juga kuperhatikan beberapa kawan yang lain yang notabenya adalah musuhku dalam kompetisi tersebut. Lumayan berat persaingan kali ini, mereka semua adalah para juara dari kelas mereka masing-masing. Sementara diriku tak pernah sama sekali merasakan mendapat peringkat tiga besar hingga kelas tiga. Dengan segala usaha dan semangat yang terbata-bata aku berusaha menegakkan tulisan-tulisanku dikertas polio bergaris itu. Benar-benar sulit merubah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan. Kualirkan bebas semua apa yang ada dalam pikiranku menuju kertas melalui sebuah pena. Sesekali gambaran ide muncul meledak hebat dikepalaku. Dan hingga akhirnya aku berhasil menyelesaikan tugas itu. Karanagn dengan tema sumpah pemuda itu pun dikumpulkan untuk dinilai oleh guru yang bersangkutan untuk dicari siapa yang berhak mewakili sekolah.
Kalau saya tidak salah sih, pengumuman siapa dua orang yang berhak mewakili sekolah dilakukan dihari itu juga. Dan dengan perasaan tidak percaya ternyata aku terpilih menjadi salah satu dari dua siswa yang mewakili perlombaan di Tanah grogot.
            “Fadli,,, isi karya tulis kamu bagus, tapi bentuk tulisan tegak bersambung kamu....”Kata Pak Guru bidang study Bahasa Indonesia.
Terlihat Pak Guru menggelengkan kepala sembari tersenyum mengakhiri kalimat itu. Hahhaa... aku sih sempat senang namun akhirnya tercampur sedikit sedih. Ya... sedih mendengar hasil penilaian bentuk tulisanku itu.
            “Tapi dengan isi karya tulis kamu Bapak yakin kamu akan menang kok nanti, hanya saja kamu perlu bejara lagi menulis tegak bersambungnya”Lanjut Pak Guru.
            “Baik Pak, nanti saya usahakan”Sambungku.
            “Banyak-banyak berlatih lagi yah Fadli dirumah”Kata Pak Guru sembari menepuk-nepuk punggungku.
            “Baiklah pak”.
Setelah itu kami mengakhiri percakapan singkat diteras kantor sekolah itu. Aku pun kembali menuju ruang kelas dengan wajah yang masih sama seperti wajah-wajahku yang kemarin.
           
            Setelah pulang dari sekolah sebenarnya aku mulai fokus untuk memperbaiki tulisanku. Namun setiap mulai menuliskan kata-kata menggunakan tuliasan bersambung aku malah jadi semacam gagal fokus. Dengan melihat kertas putih yang kosong itu malah membuatku lebih bersemangat untuk mencoret-coretnya, bukan untuk menulisnya dengan tulisan tegak bersambung. -_-
Hingga tibalah pada hari perlombaan. Dengan menggunakan sepeda motor pak guru membawa saya menuju Tanah grogot *(sekarang Tana Paser) ibukota Kabupaten Paser. Untuk sekelas aku saat itu sangat menyenangkan bisa jalan-jalan sampai Tanah Grogot. Selain karena sangat jarang kesana, berada di Tanah Grogot itu seperti sedang terbebas lepas dari kurungan yang berada dipelosok kampung. Karena benar saja, tempat tinggalku saat itu masih sangat sunyi dan berada dipinggir sawah... hahaha jika musim hujan saja ramainya karena orkes para katak yang sedang berpesta. Entah,... mereka berpesta apa ?, tak pernah sekalipun mereka mengundangku. *(Waduuhh,, malah curhat).
Tempat perlombaan saat itu berada di sebuah bagunan yang aku sendiri sudah lupa apa namanya, yang pasti bagunan itu ada diseberang SMA 1 Tanah Grogot. *Bagi orang-orang yang berdomisili di Tanah Grogot pasti tahu. Didalam sebuah ruangan yang menurutku agak minim pencahayaan itu kami dikumpulkan. Ada banyak siswa lainnya dalam ruangan itu yang tentunya perwakilan dari sekolah mereka masing-masing. Kulihat sejenak wajah Pak guru yang tadi bersamaku dibalik kaca pintu yang kemudian tertutup rapat. Raut wajah beliau seperti ingin menyampaikan sesuatu.
            “Semangat Fadli....!!! Kamu pasti bisa..”Begitu kira-kira kata-kata yang ingin disampaikan Pak Guru padaku. *(GR on)
Perjuangan dan usaha yang maksimal buatku untuk mengerahkan semua kemampuan menyalurkan kata demi kata menjadi kalimat diteruskan menjadi paragraf hingga menjadi sebuah karangan yang terpapar disebuah lembar-lembaran kertas folio itu. Namun bentuk tulisan tegak bersambungku masih saja tak mengalami banyak perubahan. Terserahlah apapun hasilnya nanti, yang penting aku sudah berusaha. Setelah menjelang tengah hari selesai perlombaan kami langsung bergegas pulang.
            Keesokan harinya ternyata pengumunan hasil lomba telah diumumkan. Saat pelajaran berlansung dikelas, aku sedikit terkejut karena Pak Guru datang menemuiku dikelas. Dan beliau meminta ku untuk bersiap-siap untuk ikut dengannya pada hari itu ke Tanah Grogot lagi.
            “Sudah bapak bilangkan kemarin, kamu pasti bisa”Kata Pak Guru sembari memulai perjalanan kami.
          “Tapi kita belum tahu kamu dapat juara berapa, hanya diinformasikan kalau dari sekolah kita dapat juara saja”Lanjut Pak guru.
Hmmmm.... iya-iya, apalah. Aku bingung mau bicara apa, yang ku tahu ada rasa senang dan rasa penasaran yang sedang menyerangku saat itu. Sepanjang perjalanan tak ada patah kata pun yang bisa kutakan. Ini mungkin karena pak Guru juga ngak ada ngajak ngobrol... hahaha..
Hingga akhirnya kami sampai ditempat perlombaan yang berlangsung kamarin itu. Tak ada selebrasi apaupun atau keramain ditempat itu. Sepertinya penyerahan hadiah sudah berlangsung dari tadi. Tanpa menunggu kemudian Pak guru muncul dari sebuah ruangan dengan membawa sebuah tropy yang kemudian diserahkan kepadaku.
            “Lumayan Fadli, kamu dapat juara dua”Kata Pak Guru sembari memberikan tropy dan sebuah amplop kepadaku.
            “Heeeee......., alhamdulillah pak”
Dalam perjalanan pulang pak guru sempat berkata bahwa tropi itu akan jadi milik sekolah, namun hadiah uang pembinaan serta sertifikat bisa aku miliki. Yaa bagiku sih bisa menyumbangkan sebuah tropy buat sekolah sudah sesuatu yang luar biasa. Tak apalah aku tak bisa membawa tropinya kerumah yang penting masih ada uangnya... ahahaha.
Sesampainya di sekolah, sebenarnya aku sudah berusaha menyembunyikan tropi itu dari jangkauan penglihatan teman-temanku sekelas. Karena posisi kelas ada di sebelah kiri, maka aku memegang tropi itu disebelah kanan dengan dilindungi badanku yang saat itu sudah lumayan besar. Namun usahaku sia-sia saja, tetap saja bagian tropi itu terlihat dari kelas dan dengan seketika kelasku pun riuh oleh sorak-sorai teman-teman yang lain.
Dari sekian perlombaan yang aku ikuti sewaktu masih bersekolah di SMP 2, hanya itu yang berhasil buatku dan yang akhirnya bisa membawaku mengobrol empat mata dengan kepala sekolah yang baru didalam ruang pribadinya saat itu.


Banyak sekali pengalaman yang menyenangkan yang pernah terjadi disekolah ini. Jika seandainya ada waktu yang bisa menyatukan kembali kawan-kawan seangkatan, maka sudah dipastikan terjadi suatu obrolan yang masing-masing tak mau kalah dengan pengalamannya masing-masing. Akan ada kisah di puncak seberang sekolah, didanau jalan masuk kearah mayang, dikantin tentang kejahilan suka menambahkan garam ke mangkuk mie kawan yang lain, tentang memanggang burung punai dibelakang sekolah, perkelahian antar siswa, sampai beberapa kecelakaan disaat berangkat maupun pulang sekolah  hingga kisah perang saraf masalah wanita*(Hahaha....) dan lain sebagainya.  

*Bonus.

Ini adalah photo angkatan Andi'/kakak ku *(Ardiansyah AR), entah tepatnya tahun berapa ?. yang pasti sekitaran tahun 90'an.